Puluhan demonstran terbakar, sebagian parah, oleh alat yang digunakan oleh polisi anti-huru-hara. Alat tersebut, saat berlangsungnya demo menentang pertambangan tembaga Letpedaung yang dioperasikan oleh militer, digambarkan sebagai “bola api", bulan November tahun lalu.
Laporan hari Selasa (12/3) mengakui adanya luka bakar “yang tidak perlu” yang diakibatkan bom asap fosfor. Tetapi, laporan tersebut mengatakan bahwa luka bakar itu tidak diperkirakan sebelumnya, dengan mengatakan polisi menggunakan alat itu tanpa mengetahui apa akibatnya.
Laporan yang sudah lama ditunggu itu juga menyarankan pekerjaan diteruskan di pertambangan tembaga itu, walaupun penduduk desa memrotesnya dengan alasan pertambangan itu telah menimbulkan bencana lingkungan dan memaksa banyak orang mengungsi dari rumah mereka.
Penduduk desa telah mengatakan mereka bersedia melanjutkan protes apabila laporan tersebut tidak menghasilkan tanggapan atas tuntutan mereka.
Laporan hari Selasa (12/3) mengakui adanya luka bakar “yang tidak perlu” yang diakibatkan bom asap fosfor. Tetapi, laporan tersebut mengatakan bahwa luka bakar itu tidak diperkirakan sebelumnya, dengan mengatakan polisi menggunakan alat itu tanpa mengetahui apa akibatnya.
Laporan yang sudah lama ditunggu itu juga menyarankan pekerjaan diteruskan di pertambangan tembaga itu, walaupun penduduk desa memrotesnya dengan alasan pertambangan itu telah menimbulkan bencana lingkungan dan memaksa banyak orang mengungsi dari rumah mereka.
Penduduk desa telah mengatakan mereka bersedia melanjutkan protes apabila laporan tersebut tidak menghasilkan tanggapan atas tuntutan mereka.