Para pakar mengatakan Virus Zika mengakibatkan cacat lahir yang parah pada bayi. Dr. Tom Frieden, kepala Centers for Disease Control (CDC), yakni lembaga pemerintah Amerika untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit, mengatakan Amerika membutuhkan dana untuk memberikan perlindungan yang layak bagi warganya terhadap Zika, virus yang ditularkan oleh nyamuk yang mengakibatkan cacat lahir yang serius di Amerika Latin dan telah menginfeksi ratusan orang di Puerto Rico.
“Virus Zika sudah ada di Amerika dan wilayah-wilayah protektoratnya. Virus ini sudah menginfeksi ratusan orang Amerika yang pernah melakukan perjalanan ke tempat-tempat di mana Zika menyebar. Virus ini sudah menyebar di Puerto Rico dan di tempat-tempat lain dalam wilayah Amerika. Kami perkirakan virus ini akan terus menyebar luas,” kata Dr. Tom Frieden.
Dr. Tom Frieden mengatakan hal yang paling mendesak saat ini adalah mengurangi risiko bagi ibu hamil dan janin yang mereka kandung. Virus Zika telah dikaitkan dengan cacat lahir yang parah pada bayi.
Para pejabat pemerintah lokal, negara bagian, dan federal serta para kesehatan, perusahaan-perusahaan farmasi dan lembaga-lembaga terkait berkumpul di markas CDC di Atlanta hari Jumat untuk mempersiapkan kemungkinan penularan virus Zika di beberapa wilayah Amerika Serikat. Di Wilayah Protektorat Puerto Rico, Kepulauan Virgin, dan Samoa Amerika telah terjadi penularan virus Zika. Nyamuk yang menularkan virus itu banyak terdapat di negara-negara bagian di wilayah pesisir selatan Amerika.
Sementara itu, para peneliti telah menemukan struktur virus Zika. Peta “hampir setingkat atom” menunjukkan virus itu mirip dengan virus dengue, dan berbagai flavivirus lainnya.
Menurut penelitian yang didanai oleh Lembaga Nasional untuk Alergi dan Penyakit Infeksi itu, satu perbedaan utama terletak pada “protein permukaan.”
Para peneliti mengatakan “variasi dalam glikoprotein E virus Zika bisa menjelaskan “kemampuan virus itu menyerang sel-sel saraf, serta kaitan antara infeksi virus Zika dengan cacat lahir dan apa yang dikenal sebagai sindrom autoimun-neurologis Barré-Guillian.”
Penemuan protein itu dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana virus Zika bekerja dalam tubuh manusia, yang pada gilirannya, akan membantu penemuan obat dan vaksin yang lebih baik.
Para peneliti di Universitas Purdue menciptakan peta itu dengan cara membekukan partikel virus dan menembakkan elektron berenergi tinggi untuk menciptakan “puluhan ribu citra mikrograf elektron dua dimensi yang kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan tampilan tiga dimensi virus dengan komposit resolusi tinggi.”
Para ilmuwan telah mengetahui tentang Zika sejak virus itu ditemukan di Uganda pada tahun 1947, tetapi baru baru-baru ini mereka menyadari potensi bahaya virus itu.
Sejak bulan Oktober lalu, virus yang ditularkan oleh nyamuk itu mulai menyebar, terutama di Brazil dan berpotensi mengakibatkan cacat lahir yang disebut microcefali, yakni otak janin yang secara abnormal berukuran kecil. [lt/ab]