Tautan-tautan Akses

Pangkalan Militer AS di Irak Diserang, 5 Personel Terluka


Foto ilustrasi yang menunjukkan serpihan drone di dekat pangkalan udara Ain al-Asad di anbar, Irak, pada 4 Januari 2022. (Foto: International Coalition via AP)
Foto ilustrasi yang menunjukkan serpihan drone di dekat pangkalan udara Ain al-Asad di anbar, Irak, pada 4 Januari 2022. (Foto: International Coalition via AP)

Sedikitnya lima personel AS terluka dalam serangan terhadap sebuah pangkalan militer di Irak pada Senin (5/8), kata para pejabat AS kepada kantor berita Reuters. Sementara itu, Timur Tengah bersiap-siap menghadapi kemungkinan gelombang serangan baru oleh Iran dan sekutunya menyusul pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah pekan lalu.

Dua roket Katyusha ditembakkan ke pangkalan udara al Asad di Irak barat, kata dua sumber keamanan Irak. Salah satu sumber mengatakan bahwa roket tersebut jatuh di dalam pangkalan. Tidak jelas apakah serangan itu berkaitan dengan ancaman Iran untuk membalas pembunuhan tersebut.

Pada Rabu (31/7), Iran mengatakan bahwa AS memikul tanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran karena dukungannya terhadap Israel.

Para pejabat AS, yang berbicara kepada Reuters dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa salah satu warga AS yang terluka mengalami luka serius. Jumlah korban tersebut didasarkan pada laporan awal yang masih bisa berubah, kata mereka.

"Personel pangkalan sedang melakukan penilaian kerusakan pascaserangan," tambah salah satu pejabat.

Pekan lalu, AS melakukan serangan di Irak terhadap sejumlah individu, yang dinilai sebagai militan, yang bersiap-siap untuk meluncurkan drone dan menjadi ancaman bagi pasukan AS serta koalisi.

AS telah mengamati apakah Iran akan memenuhi janjinya untuk menanggapi pembunuhan Haniyeh di Teheran, salah satu dari rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh senior dalam kelompok militan Palestina di tengah perang antara Israel dan Hamas di Gaza berkecamuk.

Pentagon mengatakan akan mengerahkan jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke Timur Tengah, karena Washington berusaha meningkatkan pertahanan menyusul ancaman Iran dan sekutunya, Hamas dan Hizbullah.

Sebagai sekutu bagi AS dan Iran, Irak menjadi lokasi dari 2.500 tentara AS dan milisi yang didukung Iran terkait dengan pasukan keamanannya. Negara tersebut telah menyaksikan peningkatan serangan saling balas sejak perang Israel-Hamas meletus bulan Oktober lalu.

Sejumlah sumber Irak mengatakan, negara itu menginginkan pasukan koalisi militer pimpinan AS untuk mulai menarik diri pada bulan September dan secara resmi mengakhiri tugas koalisi pada bulan September 2025, dengan sejumlah pasukan AS kemungkinan masih akan tetap berada di Irak dalam kapasitas sebagai penasihat.

Baghdad kewalahan mengendalikan kelompok bersenjata dukungan Iran yang telah menyerang pasukan AS di Irak dan di negara tetangganya, Suriah, puluhan kali sejak 7 Oktober lalu.

Perdana Menteri Irak Mohammed Syiah al-Sudani berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada hari Minggu (4/8).

Seorang pejabat Irak mengatakan bahwa Blinken meminta Sudani untuk membantu mengurangi ketegangan regional dengan membantu meyakinkan Iran untuk meredam responsnya terhadap serangan Israel di Teheran.

Jenderal Angkatan Darat AS Michael "Erik" Kurilla, kepala Komando Pusat AS, saat ini berada di Timur Tengah. Salah satu pejabat AS mengatakan bahwa Kurilla sedang berbicara dengan para sekutunya untuk memastikan adanya koordinasi jika terjadi serangan Iran terhadap Israel. [th/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG