Beberapa pakar penerbangan pada Kamis (26/12) mengatakan tembakan pertahanan udara Rusia kemungkinan besar bertanggung jawab dalam kecelakaan pesawat Azerbaijan sehari sebelumnya yang menewaskan 38 orang. Dua puluh sembilan orang selamat dalam musibah itu.
Pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines sedang berada dalam perjalanan dari ibu kota Azerbaijan, Baku, menuju Kota Grozny di Kaukasus Utara, Rusia, pada Rabu (25/12) ketika pesawat dialihkan karena alasan yang belum jelas dan jatuh ketika mencoba mendarat di Aktau, Kazakhstan, setelah terbang ke arah timur melintasi Laut Kaspia.
Pesawat tersebut jatuh sekitar tiga kilometer dari Aktau.
Rekaman video telpon seluler yang beredar di dunia maya tampaknya menunjukkan pesawat itu menukik tajam sebelum menabrak tanah dan meledak menjadi bola api.
Rekaman lain menunjukkan bagian badan pesawat yang terlepas dari sayap dan bagian lain pesawat tergeletak terbalik di rerumputan.
Azerbaijan berkabung
Azerbaijan pada hari Kamis mengibarkan bendera nasional setengah tiang untuk menyatakan belasungkawa kepada para korban kecelakaan itu. Lalu lintas di negara berpenduduk 10,1 juta jiwa itu berhenti, sementara seluruh kapal dan kereta api membunyikan sinyal untuk mengheningkan cipta secara nasional.
Berbicara dalam konferensi pers pada Rabu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat itu. Namun ia mengatakan cuaca telah memaksa pesawat naas itu untuk mengubah arah dari jalur yang telah direncanakan.
“Informasi yang diberikan kepada saya adalah pesawat mengubah arah antara Baku dan Grozny karena kondisi cuaca yang memburuk dan menuju bandara Aktau, di mana pesawat jatuh saat mendarat,” katanya.
Sementara itu, otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsia, mengatakan informasi awal mengindikasikan pilot mengalihkan tujuan ke Aktau setelah terjadi serangan burung yang menyebabkan kondisi darurat di dalam pesawat.
Ketika penyelidikan kecelakaan resmi dimulai, sejumlah pakar penerbangan menduga lubang yang terlihat di bagian ekor pesawat mengindikasikan bahwa pesawat itu mungkin terkena tembakan dari sistem pertahanan udara Rusia, yang menangkis serangan pesawat tak berawak atau drone milik Ukraina.
Sejumlah drone Ukraina sebelumnya telah menyerang Grozny, ibu kota provinsi republik Chechnya di Rusia, dan wilayah lain di Kaukasus Utara.
Seorang pejabat di Chechnya mengatakan serangan drone lain di wilayah itu berhasil ditangkis pada hari Rabu, meskipun pihak berwenang federal tidak melaporkannya.
Tertembak rudal SAM Rusia
Mark Zee dari OPSGroup, yang memantau wilayah udara dan bandara di dunia untuk mengetahui risiko-risiko yang ada, mengatakan analisis dari gambar-gambar kepingan pesawat yang jatuh mengindikasikan bahwa pesawat tersebut hampir pasti ditembak oleh rudal permukaan/darat-ke-udara, atau SAM (surface-to-air missile).
“Masih banyak yang harus diselidiki, tetapi dengan probabilitas 90-99 persen, kami yakin itu adalah serangan SAM terhadap pesawat itu,” katanya.
Osprey Flight Solutions, sebuah perusahaan keamanan penerbangan yang berbasis di Inggris, memperingatkan kliennya bahwa “pesawat Azerbaijan Airlines kemungkinan besar ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara militer Rusia.”
Osprey memberikan analisis untuk maskapai penerbangan yang masih melakukan penerbangan ke Rusia setelah maskapai penerbangan Barat menghentikan penerbangan mereka selama perang di Ukraina berlangsung.
CEO Osprey Andrew Nicholson mengatakan perusahaannya telah mengeluarkan lebih dari 200 peringatan terkait serangan drone dan sistem pertahanan udara di Rusia selama perang.
“Insiden ini adalah pengingat mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan,” tulis Nicholson dalam satu pernyataan di dunia maya, seraya menambahkan “sungguh menyedihkan saat mengetahui bahwa meskipun kami telah berupaya keras, banyak nyawa tetap melayang padahal sebenarnya bisa dihindari.”
Yan Matveyev, seorang pakar militer independen Rusia, mengatakan gambar ekor pesawat yang jatuh menunjukkan kerusakan yang sesuai dengan pecahan peluru dari rudal permukaan-ke-udara kecil, seperti sistem pertahanan udara Pantsyr-S1.
“Sepertinya bagian ekor pesawat rusak terkena beberapa pecahan rudal,” ujarnya.
Matveyev menambahkan masih belum jelas mengapa pilot memutuskan untuk terbang ratusan mil ke timur melintasi Laut Kaspia dibandingkan mencoba mendarat di bandara terdekat di Rusia, setelah pesawat itu ditembak.
“Mungkin beberapa sistem pesawat tetap berfungsi selama beberapa waktu, dan awak pesawat percaya mereka dapat mendarat dengan normal,” kata Matveyev, seraya menambahkan bahwa awak pesawat itu mungkin juga menghadapi pembatasan untuk mendarat di tempat lain di Rusia.
Calibre, situs berita Azerbaijan yang memiliki koneksi baik dengan pemerintah, juga mengeklaim bahwa pesawat itu ditembak oleh sistem pertahanan udara Pantsyr-S Rusia saat mendekati Grozny. Calibre mempertanyakan mengapa pihak berwenang Rusia tidak menutup bandara meskipun terdapat serangan drone di daerah itu.
Khamzat Kadyrov, Kepala Dewan Keamanan Chechnya, mengatakan sistem pertahanan udaranya menjatuhkan drone yang menyerang wilayah tersebut pada hari Rabu.
Calibre juga mempertanyakan mengapa pihak berwenang Rusia tidak mengizinkan pesawat itu melakukan pendaratan darurat di Grozny atau bandara Rusia lainnya di dekatnya setelah tertembak.
Ketika ditanya tentang klaim bahwa pesawat tersebut ditembak aset pertahanan udara, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, "adalah salah jika membuat hipotesis sebelum penyelidik membuat keputusan."
Di sisi lain, Ketua Parlemen Kazakhstan, Maulen Ashimbayev, juga memperingatkan publik untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan berdasarkan gambar pecahan pesawat, dan menggambarkan tuduhan tembakan pertahanan udara sebagai hal yang tidak berdasar dan tidak etis.
Pejabat lain di Kazakhstan dan Azerbaijan juga menghindari memberikan pernyataan mengenai kemungkinan penyebab kecelakaan itu, dan mengatakan hal itu bergantung pada penyelidik untuk menentukan penyebabnya.
Menurut pejabat Kazakhstan, mereka yang berada di dalam pesawat itu mencakup 42 warga negara Azerbaijan, 16 warga negara Rusia, enam warga Kazakhstan, dan tiga warga negara Kyrgyzstan.
Kementerian Keadaan Darurat Rusia pada hari Kamis menerbangkan sembilan orang Rusia yang selamat ke Moskow untuk mendapatkan perawatan. [em/ka]
Forum