Tautan-tautan Akses

Pakar: Gelombang Satu Covid-19 Belum Usai


Seorang kurir dan para pejalan kaki di pusat kota menyusul pelonggaran sejumlah pembatasan terkait pandemi virus corona (Covid-19) di Sydney, Australia, Juni 2020.
Seorang kurir dan para pejalan kaki di pusat kota menyusul pelonggaran sejumlah pembatasan terkait pandemi virus corona (Covid-19) di Sydney, Australia, Juni 2020.

Sementara sebagian pakar kesehatan memperingatkan gelombang kedua Covid-19 musim gugur mendatang, yang lain mengatakan AS -- dan beberapa bagian dunia lainnya -- belum juga selesai menghadapi gelombang pertama.

"Kalau kita masih memiliki lebih dari 20.000 infeksi per hari, bagaimana mau membicarakan tentang gelombang kedua?" kata Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS.

Banyak wilayah AS melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona, meskipun jumlah kasus mulai meningkat di beberapa negara bagian, terutama di Selatan dan Barat.

Sebagian pakar, termasuk Caitlin Rivers, seorang periset penyakit pada Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, mengatakan mereka bahkan enggan menggunakan istilah "gelombang kedua" karena itu memberi kesan yang terburuk sudah lewat.

Presiden AS Donald Trump telah mengatakan dia yakin angka kasus virus corona yang tinggi karena pengetesan.

"Kalau kita melakukan pengetesan besar-besaran, kita akan menemukan lebih banyak penderita, kita akan mendapati lebih banyak kasus. Jadi, saya katakan, tolong perlambat pengetesan ini," kata Trump kepada massa pendukungnya dalam kampanye Sabtu (20/6) malam di Tulsa, Oklahoma.

Gedung Putih kemudian mengatakan dia hanya bercanda.

Namun Direktur Institut Kesehatan Global Harvard, Dr. Ashish Jha, tidak ada yang lucu mengenai Covid-19.

“Ini membuat frustasi jutaan warga Amerika yang jatuh sakit dan yang tidak bisa mendapat tes... Ini sayangnya bukan lelucon," kata Jha kepada CNN Minggu (21/6).

Banyak virus, seperti flu, semakin parah pada musim dingin ketika lebih banyak orang berada di dalam ruangan dan cuaca tidak hangat. Tapi mengingat Covid-19 adalah virus corona baru, para ilmuwan mengatakan mereka masih harus mempelajari bagaimana perubahan cuaca akan berdampak pada penyakit itu. [vm/pp]

XS
SM
MD
LG