Tautan-tautan Akses

OSCE: Militan Asing yang Kembali dari Zona Konflik, Ancaman Transnasional


Hakim Anti-teror terkenal di Italia, Federico Cafiero de Raho (kanan), dalam konferensi pers di Roma, 10 Mei 2018. (Foto: dok).
Hakim Anti-teror terkenal di Italia, Federico Cafiero de Raho (kanan), dalam konferensi pers di Roma, 10 Mei 2018. (Foto: dok).

Pejabat pemerintah dan para ahli dari seluruh dunia minggu lalu berkumpul di Roma menghadiri konferensi yang membahas pulangnya militan asing ke Eropa dan cara-cara mengurangi risiko ancaman keamanan. Konferensi itu berlangsung ketika para penyelidik Italia mengumumkan pecahnya dua sel teror penyandang dana terorisme di Suriah.

Pejabat yang ikut dalam konferensi itu mengatakan kerjasama di antara para anggota Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) sangat penting untuk mencegah kekerasan dan ekstremisme serta mengatasi secara efektif tantangan-tantangan terkait kepulangan militan asing ke Eropa.

Konferensi itu diadakan di sebuah hotel di pusat kota Roma. Keamanan diperketat selama pertemuan dua hari itu.

Sebanyak 360 peserta dari 47 negara ikut dalam konferensi untuk membahas arus pulangnya teroris asing. Konferensi ini diadakan di Roma, karena Italia saat ini menjabat kepresidenan bergilir OSCE.

Penekanan dipusatkan pada kebutuhan untuk meningkatkan pembagian informasi di antara negara-negara OSCE karena militan asing yang kembali dari zona konflik adalah "ancaman transnasional".

Di antara mereka yang hadir pada konferensi itu adalah hakim anti-teror terkenal di Italia, Federico Cafiero de Raho.

"Evolusi ancaman teroris telah membuka skenario baru yang memerlukan strategi yang memadai. Kekalahan yang diderita ISIS punya konsekuensi, dan hal ini didokumentasikan di negara kita lewat sejumlah penyelidikan dan informasi," jelasnya.

Para penyelidik termasuk De Raho baru saja mengumumkan operasi anti-terorisme yang sukses di Italia utara, yang berhasil membongkar dua sel Jihadis danmenyebabkan sejumlah penangkapan.

"Empatbelas orang ditangkap dalam operasi, termasuk 11 warga Suriah dan tiga orang Maroko. Tuduhan untuk empat diantara mereka adalah - bersekutu untuk melakukan kegiatan-kegiatan terorisme, dan yang lainnya - berkonspirasi untuk mendanai terorisme, dan melakukan kejahatan pencucian uang," jelas Federico Cafiero de Raho.

Penyelidik berhasil melacak pencucian uang sekitar 2,4 juta dolar, sebagian dikirim ke Front Nusra yang terkait dengan Al-Qaida.

Anggota OSCE di Roma menyatakan kekhawatiran bahwa militan asing yang kembali ke Eropa tidak diragukan lagi akan membentuk sel-sel tidur. Mereka kemungkinan akan merekrut dan mengumpulkan dana bagi kelompok-kelompok teror, menghasut terorisme dan melakukan serangan-serangan teror. [my/jm]

XS
SM
MD
LG