Lima orang dirawat di rumah sakit setelah mengalami luka-luka akibat ditembak di Shreveport, Louisiana. Reuters melaporkan, mengutip stasiun televisi yang berafiliasi dengan CBS, KSLA, penembakan yang terjadi pada Minggu (18/4) malam itu adalah penembakan ketiga yang dilaporkan terjadi di Amerika Serikat (AS) dalam 24 jam.
Dalam keterangannya, polisi mengatakan pihaknya sedang dalam tahap awal menyelidiki insiden tersebut, tanpa memastikan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit ataupun kondisi mereka.
Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada wartawan bahwa petugas kepolisian sedang menanggapi laporan kemacetan lalu lintas ketika terdendar suara tembakan.
"Kami menanggapi kemacetan lalu lintas malam ini dan selama kemacetan itu, banyak tembakan dilepaskan," kata juru bicara tersebut.
Menurut media lokal Love Shreveport-Bossier, satu korban ditembak di kepala, sedangkan yang lain menderita beberapa luka tembak,
Tragedi tersebut terjadi ketika AS masih diliputi ketegangan karena terjadinya lonjakan kasus penembakan dalam beberapa pekan terakhir. Seorang pria bersenjata menewaskan delapan pekerja dan dirinya sendiri di pusat FedEx Indianapolis pada Kamis (15/4) malam. Setidaknya terjadi tujuh penembakan massal yang mematikan yang dilaporkan terjadi di AS selama sebulan terakhir.
Menurut laporan KSLA, beberapa unit polisi dikirim ke tempat kejadian di Shreveport, barat laut Louisiana, pada Minggu (18/4) pukul 21.00 waktu setempat. Laporan itu menambahkan korban dibawa ke Ochsners LSU Health dan rumah sakit setempat lainnya.
Reuters tidak dapat segera menghubungi polisi setempat. Kantor Wali Kota Shreveport tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Sebelumnya pada Minggu (18/4), tiga orang tewas di sebuah kompleks apartemen di Austin, Texas dan pihak berwenang memburu mantan wakil sheriff yang dicari sehubungan dengan penembakan fatal itu. Dalam kejadian terpisah, tiga orang tewas dan dua lainnya cedera dalam penembakan di sebuah bar di Kenosha County, Wisconsin, pada Minggu (18/4) dini hari.
Serangkaian penembakan telah meningkatkan tekanan publik terhadap pemerintah untuk memperketat aturan kepemilikan senjata. Sebagian besar orang Amerika mendukung undang-undang senjata yang lebih ketat, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, tetapi Washington tidak berbuat banyak untuk menanggapi masalah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. [ah/au/ft]