Polisi Chicago mengatakan, pihaknya tidak akan dikalahkan meskipun kekerasan yang tidak biasa pada akhir pekan menyebabkan sedikitnya 34 orang ditembak di kota itu hanya dalam 24 jam.
Lima di antaranya tewas, termasuk seorang remaja perempuan berusia 17 tahun yang ditembak pada wajahnya.
"Ini bukan yang terburuk yang pernah saya saksikan," kata seorang polisi kepada surat kabar Chicago Sun-Times. "(Hawa) panas sekarang. Ada banyak ketegangan... dan mungkin akan memburuk."
Petugas itu mengatakan mendengar orang-orang berbicara di ponsel, merencanakan serangan balasan dan menghasut yang lainnya untuk balas dendam.
Keluarga-keluarga berkerumun di unit gawat darurat di salah satu rumah sakit tersibuk di kota itu antara Sabtu pagi dan Minggu pagi ketika 34 penembakan dilaporkan. Korban termuda adalah seorang anak laki-laki berusia 11 tahun.
Ratusan pengunjuk rasa memblokir sebuah jalan raya utama Chicago pekan lalu untuk memprotes kekerasan senjata api dan menuntut Walikota Rahm Emanuel mengundurkan diri.
Walikota itu belum mengomentari kekerasan akhir pekan ini, tapi telah menyerukan upaya pengendalian senjata yang lebih ketat, tidak hanya di Chicago tapi di seluruh negara bagian Illinois.
Polisi mengatakan kekerasan senjata itu tidak hanya disebabkan oleh banyaknya senjata di jalan-jalan, tapi juga anggapan para anggota gang bahwa mereka bisa menembak musuh tanpa menanggung akibatnya.
Sejauh ini, lebih dari 300 orang ditembak mati di Chicago tahun ini, paling banyak dari kota manapun di AS. [vm/al]