Tautan-tautan Akses

Obat Baru Kanker Payudara Tingkatkan Kelangsungan Hidup 30%


Seorang pasien kanker payudara sedang menjalani kemoterapi di Pusat Kanker Antoine-Lacassagne di Nice, 26 Juli 2012. (Foto: Reuters)
Seorang pasien kanker payudara sedang menjalani kemoterapi di Pusat Kanker Antoine-Lacassagne di Nice, 26 Juli 2012. (Foto: Reuters)

Sebuah obat baru bisa secara dratis meningkatkan kelangsungan hidup pasien perempuan muda yang mengidap jenis kanker payudara paling umum, kata para peneliti pada Sabtu (1/6). Obat tersebut adalah hasil uji klinis internasional.

Penemuan tersebut dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Masyarakat Onkologi Klinis Amerika Serikat di Chicago. Menurut hasil penelitian itu penambahan ribociclib inhibitor meningkatkan kelangsungan hidup menjadi 70 persen setelah tiga setengah tahun.

Angka mortalitas berkurang 29 persen dari ketika para pasien, yang semuanya berusia 59 tahun dan belum menopause, secara acak diberikan placebo.

Penulis utama Sara Hurvitz mengatakan kepada AFP bahwa studi tersebut memusatkan perhatian pada jenis kanker yang diakibatkan oleh hormone estrogen. Jenis kanker ini menyumbang dua pertiga dari seluruh kasus di antara perempuan muda.

Biasanya jenis kanker itu diobati dengan terapi-terapi untuk memblokir produksi hormone.

“Sebenarnya Anda bisa mendapat sinergi atau respons yang lebih baik, membunuh sel kanker lebih baik dengan menambah siklus-sel inhibitor itu” selain terapi pemblokir hormon, kata Hurvitz.

Cara kerja obat baru itu adalah dengan menghambat aktivitas sel kanker yang mengeluarkan enzim.

Pengobatan juga tidak terlalu toksik dibanding kemoterapi tradisional karena menarget sel kanker lebih selektif hingga menghambat kemampuan mereka untuk berkembang.

Sekitar 268 ribu kasus baru kanker payudara diperkirakan akan terdeteksi pada perempuan di AS pada 2019. Sedangkan jenis kanker yang lebih ganas menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan berusia 20 hingga 59 tahun.

Percobaan baru itu meneliti 670 kasus, termasuk hanya perempuan yang punya kanker stadium lanjut, stadium empat, yang sebelumnya tidak menerima terapi penghambat hormon.

“Pasien-pasien itu cenderung didiagnosis terlambat, pada stadium lanjut penyakit mereka. Karena, kita tidak punya modalitas pemeriksaan untuk perempuan muda,” kata hurvitz.

“Ini yang membuat kami gembira karena ini terapi yang mempengaruhi banyak pasien dalam stadium lanjut,” tambah Hurvitz.

Pil baru itu diminum setiap hari selama 21 hari diikuti dengan cuti minum obat selama tujuh hari. Hal itu bertujuan agar memberi waktu tubuh pulih karena dua pertiga dari pasien mengalami penurunan sel darah putih mulai dari yang sedang hingga parah.

Jamie Bennet, juru bicara Novartis yang memasarkan obat itu dengan merek Kisqali dan mendanai penelitian, mengatakan obat itu dijual seharga $12.553 atau setara Rp 178,2 juta untuk dosis 28 hari.

Namun, tambah Bennet, “mayoritas pasien di AS dengan asuransi komersial akan membayar $0 setiap bulan untuk resep Kisqali.”

Belum ada obat untuk menyembuhkan kanker payudara yang sudah menyebar dan mayoritas perempuan yang minum obat itu akan memerlukan terapi sepanjang hidupnya. [ft]

XS
SM
MD
LG