Di Gedung Putih, hari Jumat (1/11), Presiden AS Barack Obama mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki.
Maliki tengah mengalami kesulitan untuk menyatukan negaranya karena kekerasan antara kelompok Sunni dan Syiah, yang kian mengancam situasi politik di Irak dan bisa berubah menjadi perang saudara.
Teroris al-Qaida yang pro-Sunni memperparah situasi itu dan Obama mengatakan bahwa kelompok al-Qaida mengancam seluruh kawasan itu dan juga mengancam Amerika.
Maliki mengatakan, pemerintah Irak berkomitmen untuk mengadakan Pemilu tahun depan, karena menurutnya penguatan demokrasi di Irak memungkinkan pemerintah memerangi terorisme.
Kunjungan Perdana Menteri Maliki itu dilakukan dua tahun setelah pasukan Amerika ditarik keluar dari Irak, antara lain, karena permintaan Maliki agar mereka pergi.
Gedung Putih mengatakan bantuan lanjutan ke Irak diperlukan, termasuk rencana pengiriman jet tempur F-16 tahun depan. Tetapi sebagian anggota Kongres AS mempertanyakan kebijakan bantuan militer tersebut.
Maliki tengah mengalami kesulitan untuk menyatukan negaranya karena kekerasan antara kelompok Sunni dan Syiah, yang kian mengancam situasi politik di Irak dan bisa berubah menjadi perang saudara.
Teroris al-Qaida yang pro-Sunni memperparah situasi itu dan Obama mengatakan bahwa kelompok al-Qaida mengancam seluruh kawasan itu dan juga mengancam Amerika.
Maliki mengatakan, pemerintah Irak berkomitmen untuk mengadakan Pemilu tahun depan, karena menurutnya penguatan demokrasi di Irak memungkinkan pemerintah memerangi terorisme.
Kunjungan Perdana Menteri Maliki itu dilakukan dua tahun setelah pasukan Amerika ditarik keluar dari Irak, antara lain, karena permintaan Maliki agar mereka pergi.
Gedung Putih mengatakan bantuan lanjutan ke Irak diperlukan, termasuk rencana pengiriman jet tempur F-16 tahun depan. Tetapi sebagian anggota Kongres AS mempertanyakan kebijakan bantuan militer tersebut.