Amerika mengatakan Presiden Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Minggu (15/11) sepakat perlunya transisi politik, perundingan yang dimediasi PBB dan gencatan senjata untuk mengakhiri perang saudara selama empat tahun di Suriah.
Kedua pemimpin bertemu selama 35 menit di Antalya – Turki di sela-sela KTT G20, yang disebut Gedung Putih sebagai pertemuan konstruktif, perubahan dari sikap kedua pemimpin yang saling bertolakbelakang dalam beberapa pertemuan dunia sebelumnya.
Penasihat urusan luar negeri RUsia, Yuri Ushakov mengatakan Putin melakukan pembicaraan yang cukup rinci dengan Obama.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Obama dan Putih mencatat kemajuan diplomatik dalam beberapa perundingan di Wina. Pada saat bersamaan, Obama menyambut upaya seluruh negara untuk memerangi ISIS di SUriah dan mengatakan perlunya upaya militer Rusia di Suriah yang memusatkan perhatian pada ISIS.
Pejabat-pejabat Amerika kerap mengeluhkan aksi pemboman Rusia di Suriah yang sebagian besar justru menarget para pejuang yang melawan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar Al Assad dibanding terhadap sasaran-sasaran ISIS. Kedua negara memiliki sikap berbeda terkait peran Assad di Suriah, menyusul transisi politik apapun di negara itu kelak.
"Tujuan-tujuan strategis terkait perlawanan terhadap ISIS hampir sama, tetapi taktik yang digunakan masih berbeda," ujar Ushakov.
Sementara terkait krisis di Ukraina Timur, Gedung Putih mengatakan Obama menggarisbawahi seruannya sejak lama agar dilaksanakan gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina Timur, di mana kelompok separatis pro-Rusia bertempur melawan pasukan yang setia kepada pemerintah Ukraina.
Dalam pertemuan di kota Antalya, Turki itu, Presiden Obama juga menyampaikan belasungkawa mendalam atas tewasnya warga negara Rusia dalam kecelakaan pesawat penumpang Metrojet di atas Semenanjung Sinai bulan lalu.
Beberapa negara Barat mengatakan mereka yakin pesawat itu jatuh akibat bom yang dipasang di dalam pesawat, yang kemudian juga diklaim oleh ISIS. [em/ii]