Negara-negara Uni Eropa pada Selasa (30/8) berbeda sikap soal penerapan larangan visa yang luas kepada warga Rusia. Mereka ingin meningkatkan tekanan terhadap Presiden Vladimir Putin namun khawatir akan menghukum orang-orang yang mungkin tidak mendukung perang Rusia di Ukraina.
Bulan Mei lalu, Uni Eropa dengan 27 negara anggota telah memperketat pembatasan visa terhadap pejabat dan pebisnis Rusia. Tetapi seruan telah meningkat, terutama dari Polandia dan negara-negara Baltik: Estonia, Latvia, dan Lithuania, agar larangan diterapkan lebih luas kepada turis.
Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics mengatakan, “Seperti yang kita lihat pertempuran sedang berlangsung. Secara moral, tidak bisa diterima bahwa orang Rusia masih mengunjungi Eropa dengan visa turis.”
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang memimpin pembicaraan di ibukota Ceko, Praha, mengatakan bahwa larangan visa bagi semua warga Rusia kemungkinan tidak akan disetujui.
Jerman dan Prancis memimpin desakan untuk memperketat pembatasan visa, tetapi tidak melarang. Mulai Kamis, Finlandia, yang memiliki perbatasan terpanjang dengan Rusia dari semua negara Uni Eropa, hanya akan mengizinkan warga Rusia untuk mengajukan visa turis pada satu hari dalam seminggu, dan hanya di empat kota di Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov Selasa mengatakan bahwa Rusia mencermati diskusi mengenai visa Uni Eropa. Ia menggambarkannya sebagai bagian dari langkah Barat yang "tidak rasional dan bersisian dengan gila" untuk melawan Rusia. Dia memperingatkan bahwa Rusia akan membalas jika warga Rusia menjadi sasaran.
Menteri-menteri pertahanan Uni Eropa Selasa mempertimbangkan kemungkinan membentuk misi pelatihan untuk angkatan bersenjata Ukraina. Tetapi, lagi-lagi ada negara yang tidak setuju dan mempertanyakan manfaat upaya itu. [ka/jm]
Forum