Tautan-tautan Akses

Negara-negara Saling Bersaing untuk Jadi Penemu Vaksin Covid-19


Calon vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, Inggris sedang mulai diuji coba kepada manusia, 23 April lalu (foto: dok).
Calon vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, Inggris sedang mulai diuji coba kepada manusia, 23 April lalu (foto: dok).

Sementara nyawa milyaran dan dana triliunan dolar dipertaruhkan, para ilmuwan di seluruh dunia bekerja siang malam untuk mengembangkan vaksin COVID 19 yang efektif dan aman secepat mungkin.

Taksiran optimisnya, kalau semua berjalan dengan bagus, maka dunia akan memiliki vaksin dalam beberapa bulan mendatang. Atau bisa juga lebih lama dari 18 bulan, atau ilmuwan sama sekali tidak berhasil memproduksi vaksin.

Kalau sukses, ada keuntungan bagi pihak yang menguasainya.

“Negara pertama yang sampai ke garis finish (dalam menemukan vaksin), adalah yang pertama akan berhasil memulihkan ekonominya dan juga pengaruh globalnya,” kata Dr. Scott Gottlieb, mantan komisioner FDA.

Dalam sebuah tulisan di Wall Street Journal, dia mengatakan, karena ketersediaan vaksin ini terbatas, maka negara penghasilnya akan memfokuskan pada vaksinasi penduduknya sendiri terlebih dahulu.

“Ini benar-benar sebuah kasus di mana kesehatan bertemu ekonomi dan politik,” kata Bryan Mercurio, seorang profesor ilmu hukum di Universitas Hong Kong dan pakar dalam paten obat-obatan.

Katanya, prosedur dalam sistem paten global berperan penting bagaimana pemerintahan nantinya akan memberi persetujuan pada vaksin.

Sementara ada lebih dari 100 kandidat vaksin yang menjanjikan di seluruh dunia, hanya satu yang akan memenangkannya kata Mercurio kepada VOA.

Katanya sistem paten global akan menjagokan "winner take all approach" atau "sang pemenang akan meraih semuanya", yang berarti usaha-usaha lainnya (untuk menemukan vaksin) tidak akan diberi penghargaan.

Karena yang dipertaruhkan sedemikian besarnya, maka pakar memperingatkan, keretakan hubungan antara AS dan China bisa mempengaruhi proses persetujuan vaksin ini.

Mercurio menjelaskan bahwa langkah selanjutnya akan merupakan “permainan politik tingkat tinggi,” dia meramalkan baik China maupun AS akan berusaha meyakinkan negara-negara lain agar menyetujui vaksin masing-masing terlebih dahulu. [jm/pp]

XS
SM
MD
LG