Tautan-tautan Akses

NASA Siapkan Misi Berikutnya ke Matahari


Gambar dari Hinode, misi gabungan NASA dan lembaga eksplorasi antariksa Jepang, memperlihatkan daerah bawah atmosfer matahari. (NASA/JAXA/Inode)
Gambar dari Hinode, misi gabungan NASA dan lembaga eksplorasi antariksa Jepang, memperlihatkan daerah bawah atmosfer matahari. (NASA/JAXA/Inode)

NASA sedang mempersiapkan misi untuk mempelajari wilayah antarmuka, atau daerah antara fotosfer dan korona di matahari.

Lembaga antariksa Amerika, NASA, sedang mempersiapkan peluncuran sebuah misi baru untuk mempelajari matahari. Spektograf Imaji Wilayah Antarmuka (Interface Region Imaging Spectrograph, IRIS) akan mengamati bagaimana materi di matahari mengumpulkan energi dan memanas saat melewati atmosfer bawah matahari.

IRIS dijadwalkan meluncur di atas roket Pegasus XL dari Markas Angkatan Udara Vandenberg di California pada 26 Juni.

Lapisan atas atmosfer matahari, dikenal dengan sebutan korona, seribu kali lebih panas dari permukaan matahari.

Para ilmuwan ingin mengetahui bagaimana itu terjadi, sehingga mereka menyiapkan misi untuk mempelajari apa yang disebut wilayah antarmuka, atau daerah antara fotosfer dan korona pada matahari.

Energi dan plasma yang mengalir melalui wilayah antarmuka berdampak pada manusia di Bumi. Wilayah ini merupakan sumber emisi ultraviolet dari matahari, yang mempengaruhi iklim planet kita, dan lingkungan antariksa dekat Bumi. Energi yang menembus wilayah antarmuka mendorong angin surya.

Untuk itu lah fungsi IRIS, sebuah satelit kecil dengan kemampuan melakukan pengamatan matahari secara kompleks.

Alan Title, kepala investigator IRIS yang berbasis di Lockheed Martin's Advanced Technology Center di California, mengatakan bahwa misi itu ingin menemukan proses fisik dasar yang memindahkan energi dan materi dari permukaan matahari ke atmosfer luar dan korona.

IRIS akan menghasilkan gambar-gambar resolusi tinggi yang akan menunjukkan masing-masing struktur energi saat menjauh dari matahari. NASA mengatakan gambar-gambar IRIS akan tiga sampai empat kali lebih detil dibandingkan Observatorium Dinamika Matahari milik NASA.

Misi bernilai US$181 juta ini dijadwalkan berakhir dua tahun, namun para ilmuwan mengatakan satelit surya itu dapat berfungsi lebih lama.
XS
SM
MD
LG