Panitia konferensi puncak gereja Katolik yang akan diadakan bulan Februari mendatang memperingatkan bahwa kredibilitas gereja Katolik terancam karena berbagai skandal seks, dan mendesak para peserta untuk bertemu dan mendengar langsung dari para korbannya.
Surat yang dikirim panitia konferensi hari Selasa (18/12) kepada para pemimpin konperensi uskup sedunia, memperingatkan bahwa pimpinan gereja Katolik harus menyusun “tanggapan yang komprehensif“ untuk menghadapi krisis ini, dan langkah pertama adalah mengakui fakta yang telah terjadi.
Paus Fransiskus mengundang para pimpinan gereja untuk menghadiri konferensi puncak tanggal 21 sampai 24 Februari untuk menanggapi ancaman paling gawat yang dihadapinya sejak menjadi Paus, karena terbongkarnya skandal dan pelecehan seksual yang muncul di Amerika, Chile, dan sejumlah tempat lain tahun ini.
Vatikan mengatakan konferensi puncak itu akan dipusatkan pada tiga masalah utama: tanggung jawab, akuntabilitas dan transparansi. Itu berarti para pimpinan gereja harus menghadapi bukan hanya kejahatan yang dilakukan oleh para Pastor yang memperkosa dan melecehkan anak-anak kecil, tapi juga berbagai usaha untuk menutupi kasus-kasus itu oleh para atasan mereka.
Para korban pelecehan seksual dan pendukung mereka sudah lama menyerang Vatikan, karena tidak bertindak untuk memecat para uskup yang tidak melindungi umat, dan sampai belum lama ini, Paus Fransiskus tampaknya masih enggan untuk mengubah kebijakan gereja secara signifikan.
“Tanpa adanya tanggapan yang komprehensif, kita bukan saja gagal untuk membawa kesembuhan bagi para korban, tapi sekaligus akan membahayakan misi gereja di seluruh dunia,” kata panitia konferensi dalam surat yang dikirim kepada para uskup.
Surat itu ditandatangani oleh empat orang anggota komite persiapan konferensi, Kardinal Blasé Cupich dari Chicago, yang diangkat oleh Paus Fransiskus, kardinal Oswald Gracias dari Mumbai, Uskup Agung Malta Charles Scicluna dan pastor Hanz Zoller.
Surat itu agaknya dikirim karena ada indikasi bahwa banyak uskup gereja Katolik masih belum mau mengakui adanya pelecehan seksual itu, dan belum pernah bertemu dengan para korbannya. Konperensi para uskup di Afrika misalnya, tidak mau menjawab permintaan Vatican tahun 2011 untuk menyusun petunjuk bagaimana menghadapi kasus-kasus pelecehan seks.
Paus Fransiskus mengumumkan akan mengadakan konferensi puncak itu bulan September lalu, dan ini menunjukkan pimpinan gereja Katolik sadar bahwa pelecehan seksual oleh para Pastor adalah masalah global dan tidak terjadi hanya di sejumlah negara saja. (ii)