Tautan-tautan Akses

Muslim di AS Berkembang Lebih Cepat dari Warga Yahudi


Muslim AS melakukan salat Eid di Brooklyn, New York (foto: dok).
Muslim AS melakukan salat Eid di Brooklyn, New York (foto: dok).

Dalam bulan puasa atau Ramadhan ini, jutaan penduduk Amerika yang beragama Islam merayakannya dengan berpuasa, salat tarawih dan berdoa bersama. Bedanya dengan bulan puasa tahun-tahun sebelumnya, kebanyakan warga Muslim itu kini harus melaksanakannya secara virtual karena adanya pandemi virus corona.

Perdebatan politik di Amerika tentang dampak imigrasi orang-orang yang beragama Islam ke Amerika sudah berlangsung sejak lama. Dalam zaman modern ini yang paling menonjol adalah peristiwa 11 September tahun 2001, hampir 20 tahun yang lalu, ketika sejumlah teroris berkebangsaan Arab Saudi melancarkan serangan atas kota New York dan Washington.

Menurut seorang pakar sejarah konservatif Amerika, Bill Federer, pelayaran Christopher Columbus dalam tahun 1492 untuk mencari jalur perdagangan baru ke China dan India, terjadi karena jalan darat dari Eropa menuju kedua negara itu ditutup oleh penguasa kerajaan Islam yang baru saja merebut kota Konstantinopel.

Konstantinopel yang kini bernama Istanbul di Turki, tadinya adalah ibukota kerajaan Romawi di bagian timur.

Permusuhan antara orang-orang Islam dan Kristen telah dimulai lama sebelum itu, ketika orang-orang Arab menyerbu dan menduduki Spanyol pada permulaan abad ke 8. Setelah berkuasa selama 600 tahun, kerajaan Islam di Spanyol direbut kembali oleh pasukan yang dikirim oleh raja-raja Katolik di Eropa.

Banyaknya imigran beragama Islam yang datang dari berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika dalam zaman modern ini agaknya memicu kenangan lama tentang Perang Salib yang terjadi antara abad ke 11 sampai abad ke 16.

Presiden George W. Bush yang berkuasa ketika serangan 11 September terjadi mengatakan bahwa al-Qaida bertekad untuk membangun kembali kekhalifahan Islam yang terbentang dari Spanyol sampai ke Indonesia.

Semua fakta sejarah itu menimbulkan pertanyaan, berapa banyak sebenarnya warga Muslim yang tinggal di Amerika.

Untuk mendapatkan angka yang pasti tidaklah mudah, karena Kantor Sensus Amerika tidak mengajukan pertanyaan tentang agama atau kepercayaan seseorang dalam sensus 10-tahunannya.

Lembaga riset Pew, dengan mengutip bebagai riset demografik, memperkirakan bahwa di Amerika ada kira-kira 3,45 juta warga Muslim dari segala umur pada tahun 2017. Itu berarti penduduk Muslim tadi merupakan 1,1 persen dari seluruh rakyat Amerika.

Jumlah warga Muslim di Amerika tidak sebanyak jumlah warga yang mengaku punya kepercayaan Yahudi, menurut survei Pew itu. Tapi proyeksi yang dilakukan lembaga itu menunjukkan jumlah warga Muslim berkembang lebih cepat dari penduduk yang beragama Yahudi.

Menjelang tahun 2040, menurut proyeksi tadi, jumlah warga Muslim akan menggantikan penduduk Yahudi sebagai kelompok agama terbesar kedua setelah warga Kristen di Amerika, dan 10 tahun kemudian, jumlah itu diperkirakan akan menjadi 8,1 juta orang, atau sekitar 2,1 persen dari seluruh penduduk Amerika.

Sejak tahun 2011, jumlah penduduk Muslim bertambah dengan kira-kira 100.000 orang per tahun, didorong oleh tingkat kelahiran yang tinggi di antara mereka, dan bertambahnya migrasi warga Muslim yang datang ke Amerika dari luar negeri.

Riset yang dilakukan lembaga Pew mengatakan tingkat konversi, atau perubahan dari satu agama ke agama lainnya, tidak menunjukkan dampak yang berarti dalam populasi Muslim di Amerika. Ini disebabkan jumlah warga Amerika yang menjadi Muslim, kurang lebih sama dengan jumlah yang meninggalkan agama Islam.

Menurut laporan yang sama, kawasan kota metropolitan Detroit, di negara bagian Michigan, terdapat konsentrasi Muslim terbesar di Amerika. kebanyakan dari mereka berasal dari Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika dan Eropa. [ii/lt]

XS
SM
MD
LG