Tautan-tautan Akses

Muslim Amerika Galang Dana untuk Jaminan Pembebasan Migran yang Ditahan


Muslim diaspora Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, mendengarkan khutbah usai salat Idulfitri, Selasa, 4 Juni 2019.
Muslim diaspora Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, mendengarkan khutbah usai salat Idulfitri, Selasa, 4 Juni 2019.

Sejumlah muslim Amerika menggalang dana untuk membantu pembayaran uang jaminan pembebasan beberapa migran yang ditahan pemerintah. Hingga kini terdapat sebanyak 50 ribu orang setiap hari berada di dalam tahanan penjara-penjara imigrasi

Sejumlah muslim Amerika menggalang dana untuk membantu pembayaran uang jaminan pembebasan beberapa migran yang ditahan pemerintah. Tujuannya agar mereka dapat berkumpul kembali dengan anak-anaknya. Sejauh ini, kampanye Muslim For Migrants telah membebaskan enam orang.

Sejak menjabat, Presiden Amerika Serikar Donald Trump melakukan pendekatan keras terhadap masalah imigrasi. Menurut Trump, banyaknya migran yang ingin memasuki Amerika terjadi karena kurangnya tindakan untuk menghentikan arus migran tersebut.

Migran ilegal atau para pencari suaka ditahan di berbagai fasilitas penahanan sampai mereka mulai diadili. Kemudian engadilan akan memutuskan apakah mereka dapat tetap tinggal di Amerika, atau sampai mereka dapat membayar uang jaminan pembebasan.

Rata-rata uang jaminan itu saat ini mencapai sekitar 10 ribu dolar, ujar CelebrateMercy yang mengelola urunan dana Muslims for Migrants. Ini adalah kampanye yang dilakukan Muslim Amerika untuk membantu membayar uang jaminan pembebasan migran yang ditahan. Dana yang terkumpul kemudian diserahkan kepada National Bail Fund Network yang membantu mengoordinir proses pembebasan dengan uang jaminan.

Menurut Tarek El-Messidi, direktur dan pendiri CelebrateMercy, sejak diluncurkan pada 7 Agustus lalu, dana yang digalang melalui gerakan Muslims for Migrants itu telah mencapai lebih dari 125 ribu dolar.

"Ini adalah kabar baik pada saat yang sangat sulit di Amerika. Komunitas Muslim bertindak dengan mengorganisir kampanye ini agar semua orang dari berbagai latar belakang agama mau menyumbang dan membantu mereka yang ditahan untuk membayar uang jaminan. Membantu mereka untuk membayar uang jaminan pembebasannya," ujar Tarek El-Messidi.

El-Messidi berharap uang yang dikumpulkan untuk membebaskan migran itu dapat mewakili permintaan maaf bagi keluarga-keluarga migran “atas nama semua warga Amerika.”

“Kami minta maaf karena mereka harus mengalami ini, maaf karena sebagai negara kami tidak memperlakukan mereka dengan penuh kerahiman,” kata El-Messidi.

Ia menambahkan, banyak di antara migran itu yang datang ke Amerika karena menginginkan stabilitas dan keamanan. Selain itu karena ingin melarikan dari kesulitan luar biasa di negara asal mereka. “Kami berharap mereka tidak akan lagi menderita nantinya,” lanjutnya.

Menurut El-Messidi, sebanyak 50 ribu orang setiap hari berada di dalam tahanan penjara-penjara imigrasi. Banyak yang dikabulkan permintaannya untuk bebas, namun harus dengan membayar uang jaminan. Tetapi mereka tidak sanggup membayarnya.

"Hari ini Anda membantu satu keluarga berkumpul lagi karena Anda mendonasi dan membantu membayar uang jaminan pembebasannya," El-Messidi menambahkan,

Muslims for Migrants diluncurkan setelah jumlah migran yang ditahan Badan Penegakan Imigrasi dan Pabean AS (ICE) meningkat tajam.

Lebih dari 50 ribu orang kini ditahan di berbagai ICE, dan sekitar 20 ribu lagi berada di pusat-pusat penahanan Dinas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan. Sementara itu, sekitar 11 ribu anak-anak sekarang berada di bawah penjagaan Departemen Kesehatan.

Ketidakmampuan membayar uang jaminan pembebasan dapat berdampak besar, baik secara finansial maupun emosi bagi ayah atau ibu yang ditahan, terutama mereka yang berfungsi sebagai pencari nafkah utama. Selain menimbulkan kesulitan finansial yang signifikan, orang tua juga terancam kehilangan hak asuh anak mereka, selain kehilangan kesempatan untuk memperoleh kuasa hukum.

Sejauh ini ada lima ayah dan seorang ibu yang berhasil dibebaskan dengan jaminan dan berkumpul lagi dengan keluarga mereka. Mereka telah tinggal beberapa tahun di Amerika sebelum ditahan di pusat-pusat penahanan, yang berkisar antara dua bulan hingga empat tahun.

Salah seorang di antara mereka adalah ayah dua anak yang berasal dari Amerika Tengah. Ia telah tinggal di Amerika sejak 2011. Kedua orangtuanya tewas di tangan geng penjahat yang membuatnya melarikan diri ke Amerika. Ia telah ditahan selama empat bulan sebelum bebas berkat kampanye Muslims for Migrants. Selain itu juga ada ibu dua anak asal Honduras yang kabur ke Amerika untuk meninggalkan kekerasan dalam rumah tangga. Ia telah ditahan selama 8 bulan di California, sebelum bebas dengan uang jaminan pada pertengahan Agustus ini.

CelebrateMercy, yang berbasis di Cincinnati, memusatkan perhatiannya untuk menambah kesadaran publik mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW. Pada masanya, jelas direktur organisasi nirlaba itu Tarek El-Messidi, Rasulullah sendiri pernah menjadi migran. Ini terjadi ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah untuk menghindari persekusi dari kaum Quraisy di kota asalnya itu.

CelebrateMercy semula menargetkan penggalangan dana 10 ribu dolar, yang segera tercapai dalam satu hari saja. Sepekan setelah diluncurkan dan setelah beberapa kali menaikkan target dana yang akan dikumpulkan, dana yang dicapai telah melampaui 100 ribu dolar. Target terbaru mereka kini adalah 150 ribu dolar.

“Dengan mempertemukan kembali keluarga-keluarga, kami berharap dapat merespons kesulitan dengan menumbuhkan harapan, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam, dan mengirim pesan mengenai belas kasih melalui tindakan. Melalui kampanye yang dipimpin Muslim ini, sahabat dari semua agama didorong untuk berkontribusi," kata El-Messidi.

"Kampanye kami bukan hanya membantu Muslim, tetapi juga membantu orang-orang beragama apapun atau tidak beragama, yang ditahan di pusat penahanan imigran. Dan mereka yang menyumbang bukan hanya Muslim. Mereka orang-orang dari berbagai agama," kata El-Messidi.

El-Messidi juga berharap kampanye Muslims for Migrants ini berhasil menggalang cukup banyak dana untuk mempersatukan lagi 100 keluarga migran.

Upaya penggalangan dana ini didukung oleh dua imam terkemuka Amerika, yaitu Omar Suleiman, pendiri Yaqeen Institute for Islamic Research di Texas, serta Zaid Shakir, salah seorang pendiri Zaytuna College di Berkeley, California.

Imam Omar Suleiman ketika berada di Madinah dalam rangkaian ibadah hajinya, sempat mempromosikan kegiatan Muslims for Migrants itu. Dalam pesannya itu ia mengemukakan kegembiraannya bergabung dengan Imam Zaid Shakir dan tim LaunchGood serta tim CelebrateMercy untuk kampanye Muslims for Migrants ini.

"Insyaa Allah kita dapat mempertemukan lagi keluarga-keluarga. Kita perlu melakukan peran kita untuk sesuatu yang sangat istimewa, seperti mempersatukan keluarga. Banyak di antara orang-orang ini terjebak dalam situasi mengerikan di mana satu-satunya hal yang mereka perlukan adalah dapat mengajukan uang jaminan agar dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Mari memimpin sebagai komunitas muslim sesuatu yang sangat istimewa," kata Omar Suleiman. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG