Tautan-tautan Akses

Musisi Malawi Tangkal Mitos Tentang Albino


Lazarus Chigwandali, pria albino di Malawi, menyuarakan cara mengatasi diskriminasi dan pemahaman keliru mengenai kondisi genetik melalui musik. (Photo: videograb)
Lazarus Chigwandali, pria albino di Malawi, menyuarakan cara mengatasi diskriminasi dan pemahaman keliru mengenai kondisi genetik melalui musik. (Photo: videograb)

Di Malawi, seorang pria albino muda menggunakan musik untuk mengatasi diskriminasi dan beberapa pemahaman yang keliru mengenai kondisi genetik tersebut di negara di mana lebih dari 100 warga albino telah diserang sejak 2014. Lazarus Chigwandali sudah lama tampil di jalan-jalan sekitar Lilongwe. Namun setelah penampilannya menarik perhatian seorang produser Swedia, Lazarus mulai membuat sebuah album yang akan dirilis Agustus 2019. Ia juga akan memulai tur promo untuk film dokumenter yang diproduksi oleh bintang pop Amerika, Madonna mengenai penderitaan warga albino di Malawi.

Sewaktu remaja, Lazarus Chigwandali dan almarhum saudara laki-lakinya yang juga albino, mengamen di jalanan seputar Lilongwe, kebanyakan untuk mengumpulkan uang untuk membeli losion pelindung kulit.

Dulu, kata Chigwandali, sulit sekali mendapatkan losion pelindung kulit dari sinar matahari sehingga banyak luka di seluruh badannya. "Jadi, banyak orang didiskriminasi karena kondisi kulit mereka,” ujarnya.

Diskriminasi dan serangan terhadap warga albino seperti Chigwandali berlanjut. Sebagian orang Afrika mempercayai bahwa beberapa bagian tubuh orang albino, yang digunakan dalam ramuan ajaib, akan membawa keberuntungan.

Lazarus Chigwandali bersama keluarganya di Lilongwe, Malawi. (Photo: videograb)
Lazarus Chigwandali bersama keluarganya di Lilongwe, Malawi. (Photo: videograb)

Pada usia 39, Chigwandali mulai mengarang lagu tentang mitos dan mispersepsi terkait orang-orang albino.

Lazarus kemudian mendengar beberapa produser musik dari luar negeri ingin bertemu di kampung halamannya untuk merekam karya musiknya, sesuatu yang mengkhawatirkan sang istri, Gertrude Levison.

“Saya merasa takut dan khawatir. Bisa jadi mereka hendak menculik kami semua,” kata Gertrude Levison.

Akan tetapi Levison menyadari niat baik itu saat mendengar suaminya berbicara di telepon dengan salah seorang temannya.

Kontrak rekaman tersebut memungkinkan Chigwandali menghasilkan album musik berisi 30 lagu, "Stomp on the Devil", yang mengecam serangan terhadap orang albino. Essau Mwamwaya, manager Lazarus memaparkan lebih jauh.

“Dengan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang albino di Malawi, kami rasa, suara Lazarus dapat menjadi alat untuk memberitahu ke seluruh dunia, bahwa mereka yang terlahir albino berhak diperlakukan sama halnya seperti orang lain.”

Sementara sejumlah lagunya diputar di stasiun-stasiun radio lokal, Chigwandali mengungkapkan jalan masih panjang sebelum serangan terhadap albino berakhir.

Lazarus menyatakan masih ada orang yang mengabaikan pesan-pesan dalam sejumlah lagunya. Itu berarti masih banyak hal yang perlu dilakukan. Akan tetapi, musisi albino asal Malawi itu bertekad untuk segera menyelenggarakan tur nasional untuk pemutaran film dokumenter yang menunjukkan sejumlah serangan terhadap warga albino Malawi. [mg/uh]

XS
SM
MD
LG