Lukisan-lukisan kristiani seperti "Madonna and Child" (Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus) dan lukisan Yesus memenuhi Museum Kebudayaan Kristen yang telah dibuka di St. Petersburg, Rusia.
Direktur Museum Kebudayaan Kristen, Marina Krishtal mengatakan, penggambaran Kristus oleh orang Rusia berbeda dengan di Barat. Seniman Rusia hanya menggambarkan sedikit penderitaan Kristus.
"Di Barat, penggambaran tradisional Yesus adalah mengenakan mahkota duri. Penekanan terhadap penderitaan lebih diutamakan dalam gambar tersebut. Sementara itu, dalam tradisi melukis ikon di Rusia pada umumnya, penderitaan dianggap sebagai komponen sekunder, karena setelah penderitaan, selalu akan ada sukacita kebangkitan, dan hal utama inilah yang dimasukkan ke dalam ikon tersebut," kata Marina Krishtal.
Pameran itu diawali dengan lukisan "Madonna and Child", lukisan Yesus Kristus dan pintu kerajaan, yang merupakan bagian ikonostasis di gereja-gereja Ortodoks Timur atau Katolik Timur.
Di museum baru tersebut, pengunjung dapat membandingkan berbagai tradisi dalam agama Kristen. Museum ini menempati dua lantai. Aula pertamanya dinamakan Aula Perjanjian Lama, yang diisi oleh wajah-wajah para nabi.
Beberapa ikon dilukis dengan gaya historisme, artinya mereka dilukiskan dengan pakaian yang dikenakan orang-orang biasa pada zaman sejarah ikon itu dilukis. Krishtal menambahkan, semua ikon dalam lukisan tersebut dibuat dengan menggunakan teknik tempera atau teknik campuran.
Museum Kebudayaan Kristen itu memperkenalkan kepada pengunjung, monumen kebudayaan dunia yang berasal dari kekristenan abad pertama. Berbagai salib, ikon, dan perlengkapan ibadah yang dipajang di museum memiliki nilai artistik dan sejarah, dan yang terpenting adalah, barang-barang itu dianggap suci.
Ksenia Panova, seorang pengunjung mengatakan, "Museum ini membuat saya terpana, karena ketika Anda mengunjungi sebuah museum modern yang baru, Anda mengharapkan melihat sesuatu seperti di dalam kaca, layar sentuh dari plastik, semacam interaktif. Namun disini, kita harus memberi pujian kepada museum, karena ada lukisan-lukisan dan ikon yang asli, yang memiliki sejarah tersendiri."
Di ruangan lain, terdapat Aula Perjanjian Baru yang didedikasikan untuk Injil. Sebuah Injil dari tahun 1703 ikut dipajang di museum itu, termasuk replika Injil dari abad ke-11 dan ke-12.
Sebuah buku berjudul “Apocalypse” memiliki daya tarik tersendiri. Buku itu muncul pada abad ke-19 ketika tipografi sudah umum digunakan.Desain huruf dan ilustrasi tampak seolah-olah buku itu dicetak dengan menggunakan mesin cetak. Namun buku itu sebenarnya ditulis seluruhnya dengan tangan, oleh penganut Kristen dari zaman dahulu, orang Kristen Ortodoks Timur.
Bagian penting dari pameran ini terdiri dari ikon, semuanya berasal dari koleksi pribadi. Ada ikon-ikon besar yang berasal dari abad ke-17 hingga abad ke-20. Karena tidak pernah dianggap sebagai monumen seni oleh para pakar, ikon-ikon tersebut tidak pernah direstorasi sehingga ikon-ikon di museum itu tampak sesuai aslinya dan tidak berubah. Pengunjung dapat melihat beberapa ikon yang sudah lecet, atau warna cat yang terkelupas. Pengunjung juga diperbolehkan untuk menyentuh barang-barang antik tersebut.
Andrey Maksenov, seorang pengunjung mengatakan,"Ada perasaan kuno di museum ini, ini bukanlah sesuatu yang modern. Anda seperti dapat memasuki zaman kuno. Ini sangat mengesankan."
Artemy Lepkin, pengunjung lain mengatakan, "Perasaan saya luar biasa, semacam ambigu. Anda seperti tidak berada di gereja atau dalam museum. Tenang dan indah, ini adalah pameran yang indah, ada nyanyian. Semuanya sangat indah."
Aula yang ketiga disebut Aula Renaisans Utara. Di aula tersebut menampilkan ikon-ikon yang diciptakan di Rusia Utara. Pameran museum itu diakhiri dengan sebuah lukisan religi yang berasal dari akhir abad ke-19. Gereja Ortodoks Rusia memiliki sekitar 100 juta pengikut.
Laporan dari Pusat Penelitian Pew pada tahun 2017 mendapati bahwa terdapat sekitar 200 juta pengikut Ortodoks Timur di seluruh dunia. [lj/uh]