Sebagian kalangan menilai calon wakil presiden, Ma'ruf Amin, sebagai sosok yang intoleran.
Ma"ruf dinilai telah memberikan sumbangsih dalam mengeluarkan fatwa soal dugaan penistaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Akibat fatwa tersebut ribuan orang dari berbagai ormas dan daerah merangsek ke Istana Presiden atas nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI, meminta Ahok dihukum.
Ketua Majelis Ulama Indonesia itu juga pernah mengeluarkan fatwa haram Ahmadiyah atau menyatakan Ahmadiyah sesat. Fatwa ini juga mengakibatkan terjadinya intimidasi dan kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah bahkan penutupan masjd-masjid Ahmadiyah dan pelarangan kegiatan Ahmadiyah. Bahkan di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, kekerasan hingga pengusiran terhadap kelompok Ahmadiyah juga dilakukan oleh kelompok intoleran.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar membantah pernyataan yang mengatakan pendamping Jokowi sebagai sosok yang intoleran.
Menurut Muhaimin terkait fatwa tentang penodaan agama yang dilakukan Ahok dan Ahmadiyah itu adalah keputusan MUI, Ma’ruf Amin sebagai ketua lembaga itu harus mengakomodir pandangan MUI.
Ma'ruf, tambahnya, merupakan ulama yang konsisten menjaga kebhinekaan.
"Kita tahu track record KH Ma'ruf Amin ulama yang konsisten menjaga kebhinekaan," ujar Muhaimin.
Pasangan Jokowi-Ma'ruf, tambahnya, akan jadi pemersatu umat dan bangsa.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuzy.
Menurutnya Ma'ruf Amin justru merupakan orang yang selalu meredam ujaran kebencian yang muncul.
Sebelumnya, penetapan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden Jokowi dinilai pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti, sebagai kesalahan strategi yang dilakukan oleh kubu Jokowi.
Bagi sebagian kaum nasionalis, kata Ray, sosok Ma’ruf Amin tidak tepat karena Ketua MUI tersebut telah memberikan sumbangsih dalam mengeluarkan fatwa soal dugaan penistaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sosok Ma’ruf Amin, kata Ray, juga tidak terlalu menarik bagi kelompok milenial.
Dia menduga dipilihnya Ma’ruf Amin lebih untuk menjaga solidnya koalisi termasuk dukungan dari Nahdlatul Ulama. Ma’ruf Amin sendiri merupakan salah satu kader NU. [fw/as]