Rusia, Iran dan Turki saling berkomunikasi erat saat membahas konflik di Suriah, kata Moskow, Rabu (4/12). Pernyataan itu muncul setelah serangan mengejutkan yang menyebabkan pemberontak yang dipimpin kelompok Islam merebut kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo.
“Menteri luar negeri dari tiga negara penjamin, Rusia, Iran dan Turki, saling berhubungan erat satu sama lain,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada wartawan, Rabu.
Moskow adalah sekutu penting Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mendukung upaya Al-Assad untuk menumpas pemberontakan dengan serangan udara, sementara Ankara secara historis mendukung beberapa kekuatan anti-pemerintah.
Rusia dan Turki menjadi perantara gencatan senjata pada 2016 antara berbagai kelompok pemberontak dan pasukan Suriah. Iran juga kemudian bergabung sebagai “negara penjamin”.
Zakharova mengatakan Rusia “secara aktif bekerja sama dengan mitra internasional untuk memastikan stabilisasi situasi di Suriah dengan cepat.”
Dalam percakapan telepon, Selasa (3/12), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa konflik tersebut memerlukan “akhir yang cepat,” dan mengutuk “agresi teroris terhadap negara Suriah.
Seorang pejabat senior dari kantor pemimpin tertinggi Iran juga berada di Moskow untuk melakukan pembicaraan pada Rabu, kata Kedutaan Besar Iran dalam sebuah pernyataan.
Rusia, yang mengumumkan latihan angkatan laut dan udara di Mediterania timur minggu ini, menuduh Ukraina mendukung pemberontak Islam Suriah.
Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (3/12), utusan Rusia Vassily Nebenzia mengatakan Ukraina telah mendukung kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dengan memasok senjata dan instruktur. Namun, Rusia tidak memberikan bukti apa pun.
“Instruktur militer Ukraina dari GUR hadir… melatih pejuang HTS untuk operasi tempur,” termasuk melawan pasukan Rusia di Suriah, kata Nebenzia. [ft/es]
Forum