Tautan-tautan Akses

Misionaris Korsel Bantu Anak-anak Pembelot Korea Utara


Anak-anak Pembelot Korea Utara sedang belajar di Durihana International School di Seoul, Korea Selatan (foto: dok).
Anak-anak Pembelot Korea Utara sedang belajar di Durihana International School di Seoul, Korea Selatan (foto: dok).

Organisasi misionaris Kristen Korea Selatan membantu sebagian dari ribuan anak pembelot Korea Utara yang tinggal di China sehingga bisa keluar dari status "tanpa kewarganegaraan," kemiskinan dan pelecehan.

Wartawan VOA Brian Padden mengunjungi siswa Korea Utara yang kini belajar di Durihana International School di Seoul, Korea Selatan.

Pastor Chun Ki-won dari Gereja Durihana membantu menyelamatkan sejumlah anak pembelot Korea Utara dan ibu mereka yang tinggal di China tanpa status hukum atau perlindungan.

Sementara peningkatan keamanan perbatasan mengurangi jumlah pembelot melintasi perbatasan China-Korea Utara, menurut Chun, penyelundup manusia menyuap penjaga supaya membujuk perempuan-perempuan Korea Utara yang putus asa agar memenuhi permintaan di pedesaan China akan istri, pembantu rumahtangga dan pekerja seks.

"Banyak orang yang ingin membeli perempuan-perempuan itu, dan banyak orang Korea Utara yang ingin membelot," tutur Chun Ki-won.

Banyak pembelot melahirkan anak di China. Chun membantu sebagian yang beruntung keluar dari situasi yang sering melecehkan di mana mereka tidak memiliki hak dan tanpa status hukum.

Han Ye-seul, seorang remaja perempuan, usia 15 tahun, yang membelot dari Korea Utara, mengungkapkan, "Kehidupan saya ketika di China sangat berbahaya, tetapi di Korea ini, saya hidup bebas."

Musim panas ini di Durihana International School, Seoul, pembelot Korea Utara tinggal dan belajar bersama sekelompok orang, umumnya warga Amerika keturunan Korea, dari Gereja Little Flock di New York City.

Sulit membedakan kedua kelompok itu karena mereka tertawa dan bermain di lorong-lorong tetapi dipisahkan oleh dunia asal mereka yang sangat berbeda.

Yu Eun Kyung, usia 20 tahun, ingat akan kemiskinan yang parah dan kelaparan di tanah airnya sehingga mendorong keluarganya menempuh risiko penjara atau yang lebih buruk dari itu demi mendapat kehidupan yang lebih baik. Ia mengatakan:

"Tidak banyak rumput di jalan. Orang lebih banyak makan rumput daripada makanan," ujar Eun Kyung.

Menurut Pastor Chun, umumnya pembelot Korea Utara yang dibantu gerejanya pernah mengalami trauma atau eksploitasi. Diperkirakan, hampir 30 ribu anak Korea Utara yang lahir di China tidak dianggap sebagai warga Korea Utara maupun warga China, dan seringkali tidak memiliki akses ke sekolah atau perawatan kesehatan. [ka/al]

Recommended

XS
SM
MD
LG