Kementerian Pertahanan Jepang, Rabu (30/9), mengungkapkan rencana mereka untuk mengajukan permohonan anggaran sebesar 52 miliar dolar untuk mempertahankan kesiagaan militer mereka dalam menghadapi tekanan dari China dan Korea Utara.
Anggaran militer Jepang meningkat secara konstan selama hampir satu dekade terakhir. Keputusan Jepang ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara itu terkait sengketa wilayah dengan China dan sikap Korea Utara yang sulit diprediksi. Pyongyang telah berulang kali melangsungkan uji nuklir dan misil dalam beberapa tahun terakhir, dan beberapa di antara misil-misil itu diterbangkan melintasi Jepang.
Jepang berencana memperbaiki perlengkapan militernya, termasuk membeli dua kapal fregat dan sebuah kapal selam. Jepang juga akan memanfaatkan dana dari anggaran itu untuk mengembangkan pesawat tempur generasi mendatang.
Anggaran yang diajukan tersebut tidak mencakup dana yang dibutuhkan bila ingin membangun sistem pencegat Aegis Ashore yang dikembangkan AS dan ditujukan terutama untuk melindungi diri dari kemungkinan menghadapi serangan dari Korea Utara.
Pemerintah Jepang membatalkan rencana kontroversial yang kemungkinan mengambil lokasi di pulau Honshu itu, dan kini sedang mempertimbangkan untuk membangun sistem pencegat misil di laut.
Dengan anggaran militer baru itu, Kementerian Pertahanan Jepang juga berencana meningkatkan kemampuan pertahanan antariksa dan keamanan cyber. Negara itu berencana membentuk unit cyber baru beranggotakan 540 personel, dan unit antariksa beranggotakan 70 personel. [ab/uh]