Sebuah penyelidikan militer Amerika Serikat mendapati, pasukan AS menewaskan antara empat sampai 12 warga sipil dalam serangan bulan Januari yang menarget cabang al-Qaida di Yaman, menurut Jenderal Joseph Votel, komandan yang mengawasi operasi militer AS di Timur Tengah.
Votel, yang mengepalai Komando Pusat AS mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat, Kamis (9/3), adanya korban sipil itu didasarkan pada "informasi terbaik yang tersedia." Jenderal itu bertanggung jawab atas misi terhadap al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).
"Kami mengalami banyak kerugian dalam operasi ini," kata Votel, mengacu pada Ryan Owens, anggota khusus Navy SEAL AS yang tewas dalam serangan itu, bersama warga sipil yang tewas dan pesawat Osprey V-22 yang hancur.
Beberapa anggota parlemen telah mempertanyakan nilai informasi yang diperoleh oleh pasukan AS dalam serangan itu, yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump.
Votel menegaskan kembali sikap Departemen Pertahanan AS soal informasi yang diperoleh dan mengatakan kepada anggota parlemen bahwa militer "telah mendapat sejumlah informasi berharga yang bisa digunakan untuk melawan AQAP."
Jenderal itu menambahkan, "tidak perlu diadakan penyelidikan tambahan" tentang operasi itu. Sebuah pemeriksaan terpisah masih berlangsung untuk mempertanggungjawaban pesawat terbang V-22 Osprey, yang bernilai US$70 juta yang jatuh dan terpaksa dihancurkan dalam serangan itu.
Militer AS telah melakukan lebih dari 40 serangan udara di Yaman dalam beberapa hari terakhir, menarget anggota AQAP. Juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis mengatakan, serangan udara paling baru itu dimaksudkan untuk mencegah gerakan agen-agen AQAP. [ps/isa]