Sepuluh migran asal Komoro, termasuk seorang anak, tenggelam sewaktu berusaha mencapai Mayotte, teritori Perancis di Samudera Hindia, kata pejabat setempat, Jumat (25/9).
Dalam beberapa tahun terakhir, Mayotte memang mengalami lonjakan arus masuk migran ilegal dari negara tetangganya yang miskin dan tidak stabil itu, dan juga dari negara-negara di sub-Sahara Afrika.
Dalam insiden terbaru, 24 migran berusaha memasuki Mayotte dengan menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer dari Anjouan dengan menggunakan kapal motor nelayan. Kapal itu diduga terbalik akibat ombak yang kuat.
Empat belas migran berhasil diselamatkan oleh tim SAR, sementara sisanya tewas tenggelam. Mayat mereka yang tewas, termasuk anak berusia 7 tahun, ditemukan di pantai timur laut Mayotte, Kamis. Tidak jelas kapan kapal itu berangkat dari Anjouan, dan kapan kapal itu terbalik.
Insiden seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Mayat dua migran dewasa ditemukan di pantai Mayotte Mei tahun lalu, dan mayat seorang anak kecil ditemukan di lokasi yang sama dua bulan setelahnya.
Sekitar setengah dari 280.000 penduduk Mayotte adalah orang asing. Hampir 95% warga asing ini berasal dari Komoro. Pada 2019, lebih dari 27.000 imigran ilegal diusir dari Komoro.
Mayotte memilih tetap menjadi bagian dari Perancis sewaktu pulau-pulau di sekitarnya menyatakan kemerdekaannya dan mendirikan negara Komoro pada 1975. Komoro sendiri hingga saat ini masih mengklaim teritori Perancis itu sebagai bagian dari wilayahnya. [ab/uh]