Polisi dan tentara Guatemala menggunakan gas air mata dan pentungan untuk mendesak mundur sekitar 100 migran Honduras ketika mereka mencoba melewati penghalang jalan di perbatasan dengan Guatemala, Minggu (17/1).
Banyak migran tampak cedera akibat pentungan setelah bentrok dengan pasukan Guatemala.
Para migran itu terdiri dari sekitar 2.000 warga Honduras yang berhenti di belakang penghalang yang memblokir jalan raya dua jalur menuju Chiquimula di dekat desa Vado Hondo, Sabtu (16/1).
Kebanyakan migran tetap bertahan, Minggu pagi ketika bentrokan antara beberapa anggota kelompok itu dan polisi dimulai. Tidak seorang migran pun yang berhasil menerobos penghalang tersebut.
Ratusan migran telah mengimbau pihak berwenang Guatemala sebagai sesama warga Amerika Tengah, untuk memperbolehkan mereka bergerak ke arah utara.
Sedikitnya 9.000 migran dari Honduras, termasuk perempuan dan anak-anak, telah memasuki Guatemala, Sabtu, kurang dari seminggu sebelum presiden terpilih AS Joe Biden menjabat.
Beberapa migran berharap bahwa pemerintahan baru akan lebih bersimpati dibandingkan dengan pemerintahan Trump terhadap permohonan mereka untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.
Kepada kantor berita Reuters, seorang pejabat tim transisi Biden meminta migran menghentikan perjalanan mereka ke Amerika Serikat.
“Mengatasi tantangan yang tercipta oleh kebijakan yang kacau dan kejam dalam empat tahun terakhir, dan masalah yang ditimbulkan COVID-19, akan memakan waktu,” kata pejabat tersebut. Ia menambahkan bahwa “perjalanan ke Amerika Serikat masih tetap sangat berbahaya, dan mereka yang berada di kawasan itu seharusnya tidak mempercayai seorang pun yang mengatakan kebohongan bahwa perbatasan kami akan dibuka untuk setiap orang bulan depan.” [lj/uh]