Tautan-tautan Akses

Menlu Yordania Lakukan Pembicaraan di Iran Seiring Meningkatnya Ketegangan di Timur Tengah


Presiden Iran Masoud Pezeshkian (kanan) bertemua dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Teheran, pada 4 Agustus 2024. (Foto: Iranian Presidency/AFP)
Presiden Iran Masoud Pezeshkian (kanan) bertemua dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Teheran, pada 4 Agustus 2024. (Foto: Iranian Presidency/AFP)

Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, pada Minggu (4/8), mengadakan pembicaraan dalam kunjungan yang jarang terjadi ke Iran; seiring meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi antara Iran dan Israel menyusul pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Kepala politik kelompok militan Palestina Hamas itu dibunuh pada hari Rabu (31/7) lalu di Teheran, ketika ia mengunjungi negara tersebut untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

Iran dan militan Hamas, yang didukung oleh Teheran, bersumpah akan membalas dan menyalahkan serangan tersebut pada Israel, yang menolak untuk memberikan komentar.

Kantor berita ISNA mengatakan bahwa Safadi "bertemu dan melakukan konsultasi dengan" pelaksana tugas Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri setelah mendarat di Teheran.

Kantor berita IRNA lalu melaporkan bahwa diplomat tertinggi Yordania itu kemudian bertemu dengan Pezeshkian, yang mengatakan bahwa pembunuhan Haniyeh merupakan tindakan "sangat kejam" dan "kurang ajar" yang dilakukan oleh Israel dan bersumpah akan membalas kematiannya.

Sebelumnya, IRNA mengatakan bahwa Safadi akan "bertukar pandangan dengan para pejabat Iran mengenai berbagai isu regional dan internasional" selama kunjungannya.

Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan Safadi akan menyampaikan pesan dari Raja Abdullah II kepada presiden Iran mengenai "situasi di kawasan dan hubungan bilateral.”

Sementara itu, istana kerajaan di Amman mengatakan bahwa Raja Abdullah telah menerima panggilan telepon dari Presiden Prancis Emmanuel Macron "yang membahas situasi berbahaya di wilayah tersebut".

Menurut sebuah pernyataan, Raja Abdullah mengimbau dilakukannya "berbagai upaya internasional lebih lanjut untuk mencapai ketenangan yang komprehensif dan mencegah perluasan konflik regional.”

Iran sebelumnya telah mengadakan pembicaraan dengan sejumlah negara Arab termasuk Yordania, Mesir, Oman dan Qatar, sejak pembunuhan Haniyeh.

Teheran berulang kali menegaskan kembali "hak yang melekat" untuk mengambil tindakan terhadap Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negaranya berada pada "tingkat yang sangat tinggi" dalam hal kesiapsiagaan untuk menghadapi skenario apa pun – baik defensif maupun ofensif.

Pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa jam setelah Israel membunuh seorang komandan senior kelompok militan Hizbullah Lebanon yang didukung oleh Teheran, Fuad Shukr, yang dituduh Israel bertanggung jawab atas serangan roket pada akhir pekan lalu. Serangan itu menewaskan sejumlah anak kecil di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel.

Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh oleh "proyektil jarak pendek" yang diluncurkan dari luar tempat tinggalnya di Teheran.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari sebelumnya mengatakan kepada para jurnalis "tidak ada serangan udara Israel lainnya... di seluruh Timur Tengah" pada malam ketika Shukr terbunuh di Lebanon.

Pembunuhan ganda tersebut merupakan insiden terbaru dari beberapa insiden besar yang telah mengobarkan ketegangan regional selama perang Gaza, yang telah menarik kelompok-kelompok militan yang didukung Iran di Suriah, Lebanon, Irak dan Yaman. [th/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG