Tautan-tautan Akses

Menlu Rusia Tiba di Korea Utara


Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri konferensi pers, di Moskow, Rusia 26 September 2023. REUTERS/Evgenia Novozhenina/Pool
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri konferensi pers, di Moskow, Rusia 26 September 2023. REUTERS/Evgenia Novozhenina/Pool

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Korea Utara pada hari Rabu (18/10), kata kantor berita Rusia, sementara kekhawatiran Barat meningkat terkait hubungan militer yang mendalam antara kedua negara itu.

Kunjungan dua hari utusan tersebut diperkirakan akan fokus pada peletakan dasar kunjungan mendatang Presiden Vladimir Putin ke negara tersebut, kata juru bicara Kremlin kepada kantor berita TASS sebelumnya.

Hal ini terjadi sehari setelah Moskow menampik tuduhan AS bahwa Korea Utara mulai memasok senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bulan lalu melakukan perjalanan ke Rusia dan mengundang Putin mengunjungi negaranya.

Pertemuan puncak Kim dengan Putin meningkatkan kekhawatiran Barat bahwa Pyongyang dapat memberikan senjata kepada Moskow untuk perang berkepanjangan di Ukraina.

Pada hari Jumat, Amerika Serikat mengatakan pengiriman senjata itu sudah berlangsung, dan Korea Utara mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir.

Pyongyang meminta berbagai bantuan militer sebagai imbalannya, termasuk teknologi canggih, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.

Menurut informasi yang disediakan oleh Gedung Putih, kontainer-kontainer itu dikirim melalui laut dari Najin di Korea Utara, ke Dunay di Rusia, antara tanggal 1 September dan 1 Oktober.

Mereka kemudian dikirim dengan kereta ke depot amunisi sekitar 290 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Namun Kremlin pada hari Selasa mengatakan Amerika Serikat tidak memiliki bukti pengiriman senjata itu. “Mereka melaporkan hal ini sepanjang waktu, tanpa memberikan bukti apa pun,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita Rusia ketika ditanya tentang laporan pengiriman senjata tersebut.

Analis Beyond Parallel yang berbasis di Washington pekan lalu secara terpisah merilis gambar satelit yang menunjukkan apa yang mereka sebut sebagai peningkatan lalu lintas kereta yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di sepanjang perbatasan Rusia dengan Korea Utara.

Banyaknya aktivitas tersebut “kemungkinan mengindikasikan pasokan senjata dan amunisi Korea Utara ke Rusia,” kata kelompok itu dalam laporannya.

Meskipun Rusia telah meningkatkan produksi peluru tahun ini hingga diperkirakan mencapai 2,5 juta, para analis berpendapat bahwa jumlah tersebut mungkin tidak memenuhi kebutuhannya di medan perang.

Pasukan Moskow menembakkan sekitar 60.000 peluru per hari, menurut data Ukraina.

Korea Utara adalah produsen massal persenjataan konvensional dan diketahui memiliki persediaan besar bahan perang era Soviet meskipun kondisinya tidak diketahui.

Prioritas Utama

Selama kunjungannya ke Rusia bulan lalu, Kim mengatakan dia akan menjadikan hubungan bilateral Korea Utara dengan Moskow sebagai “prioritas nomor satu”.

Rusia dan Korea Utara sama-sama terkena sanksi internasional -- Moskow atas invasi mereka ke Ukraina, dan Pyongyang atas uji coba senjata nuklirnya.

Penguatan aliansi mereka terjadi ketika hubungan kedua Korea berada pada titik terendah dalam sejarah, dimana Korea Utara melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor tahun ini dan baru-baru ini menetapkan statusnya sebagai negara nuklir dalam konstitusinya.

Korea Selatan pada gilirannya telah memperketat pengaturan keamanannya dengan sekutu tradisionalnya, Amerika Serikat, dan memasuki perjanjian trilateral baru yang juga mencakup Jepang.

Baik Presiden AS Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir apa pun oleh Korea Utara berarti “akhir” rezim di Pyongyang.

Sebuah pesawat bomber B-52 AS yang mampu membawa senjata nuklir mendarat pada hari Selasa di Bandara Cheongju, sekitar 100 kilometer dari selatan Seoul, kantor berita Yonhap melaporkan.

Kedatangannya terjadi kurang dari seminggu setelah kapal induk USS Ronald Reagan berlabuh di kota pelabuhan selatan Busan, sehingga memicu kemarahan Pyongyang.

Meskipun B-52 sebelumnya telah mengambil bagian dalam latihan gabungan di semenanjung itu, ini menandai pertama kalinya pesawat tersebut mendarat di negara tersebut setidaknya sejak tahun 2000, ketika pencatatan dimulai.

Pesawat pengebom tersebut melakukan flyover di pameran pertahanan besar-besaran ADEX di Korea Selatan sebelum mendarat di Cheongju.

Media Korea Selatan pada hari Rabu melaporkan bahwa bomber tersebut diperkirakan akan mengambil bagian dalam latihan udara akhir pekan yang melibatkan pesawat dari Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat. [ab/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG