"Kampanye Arab Saudi bersama sekutunya untuk mengucilkan Qatar didasarkan pada berita palsu dan dibuat-buat," tandas Menteri Luar Negeri Qatar.
Dalam wawancara yang panjang lebar dengan kantor berita Associated Press Kamis (8/6), Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani berulangkali membantah negaranya membiayai ekstremis dan menolak anjuran agar pemerintah Qatar menutup jaringan televisi satelit Al-Jazeera.
Ia mengatakan, sebagai negara merdeka Qatar juga mempunyai hak mendukung organisasi seperti Ikhwanul Muslimin, meskipun tetangga-tetangganya melarang organisasi Islam Suni itu.
Sikap galak Sheikh Mohammed mencerminkan sikap serupa yang diucapkan menteri luar negeri Uni Emirat Arab kepada kantor berita AP hari Rabu bahwa negaranya berpendapat ‘tidak ada yang mau dirundingkan’ dengan Qatar.
Sebagaimana diketahui, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab bersama negara Arab lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pekan ini dan juga memutuskan hubungan udara, laut dan darat dengan Qatar.
Emir Kuwait ingin menengahi krisis di kawasan Teluk Persia yang menyangkut Qatar, pangkalan besar militer Amerika dan tuan-rumah Piala Dunia 2022.
Presiden Donald Trump yang hari Selasa mentuit tentang Qatar membeayai ektremis, hari Rabu berikutnya menghubungi pemimpin Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menawarkan kesediaan menerima para pemimpin negara yang bertikai di Gedung Putih untuk menyelesaikan krisis yang terjadi. Hari Kamis Sheikh Mohammed mengatakan kepada kantor berita AP bahwa Sheikh Tamim tidak akan keluar negeri sementara Qatar diblokade’ yang pada hakikatnya menolak tawaran mediasi.
Seterusnya Sheikh Mohammed mengatakan, Qatar masih belum menerima daftar tuntutan dari negara-negara Arab yang memutuskan hubungan dengan Qatar, bahkan hingga Emir Kuwait terbang ke Qatar untuk membicarakan krisis itu. [al]