Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berada di Baghdad untuk mempersiapkan kedatangan presiden negaranya, Hassan Rouhani, yang akan memulai kunjungan resmi pertama ke Irak hari Senin.
Irak dibawah tekanan Amerika untuk membatasi hubungan dengan negara tetangganya, terutama setelah Amerika menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan menghantam Iran dengan beberapa sanksi.
Berbicara dalam jumpa pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Irak Mohammed Ali al-Hakim, Zarif mengatakan hari Minggu, keduanya telah mengadakan "diskusi yang sangat baik".
Menteri luar negeri Iran itu berterima kasih kepada Irak karena "menolak sanksi yang tidak adil dan ilegal yang diberlakukan terhadap rakyat Iran", merujuk pada langkah-langkah Amerika.
Irak diberi keringanan terbatas untuk terus membeli listrik dan gas alam untuk menghasilkannya dari Iran, tetapi Amerika mengimbaunya agar bermitra dengan perusahaan-perusahaan Amerika supaya Irak menjadi negara yang mandiri dalam energi.
Setelah Turki, Iran adalah pemasok utama barang-barang impor ke Irak, dan Zarif mengatakan pembicaraannya dengan Hakim mencakup sektor-sektor termasuk perdagangan dan kesehatan.
Iran dan Irak berencana menaikkan perdagangan bilateral tahunan mereka menjadi 20 miliar dolar dari 12 miliar dolar saat ini, menurut Zarif. Umumnya neraca perdagangan itu berat ke Iran dengan ekspor gas dan energi. [ka]