Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton telah menyelesaikan lawatan tiga hari ke Burma, setelah berdiskusi dengan pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi dan berjanji bahwa Amerika siap mendukung reformasi demokrasi lebih jauh.
Kedua perempuan itu berpegangan tangan sewaktu berbicara dengan para wartawan dari teras kediaman Aung San Suu Kyi di Rangoon hari Jumat, di mana pemimpin demokrasi itu telah dikenai tahanan rumah selama hampir dua dasawarsa.
Hillary Clinton mengatakan Amerika akan memberikan bantuan sekitar 1,2 juta dolar bagi korban ranjau darat, operasi keuangan mikro dan inisiatif perawatan kesehatan Burma.
Tetapi Hillary Clinton mengatakan sanksi-sanksi tegas atas Burma belum akan dicabut hingga Burma mengambil langkah konkrit ke arah demokrasi.
Hillary Clinton memuji kepemimpinan Aung San Suu Kyi yang “tegas dan nyata”, dengan mengatakan Amerika ingin Burma mengambil tempat yang tepat di dunia. Hillary Clinton menyebut pemimpin demokrasi itu seorang inspirator.
Hillary Clinton merupakan menteri luar negeri Amerika pertama yang melawat ke Burma dalam 50 tahun.
Pemimpin baru Burma telah membebaskan sekitar 200 tahanan politik, melonggarkan sejumlah pembatasan terhadap pers dan membuka dialog dengan sejumlah pengecam – termasuk Aung San Suu Kyi.
Penerima hadiah Nobel Perdamaian itu dibebaskan dari tahanan rumah tahun lalu setelah menghabiskan hampir 20 tahun dalam tahanan. Partainya menang telak dalam pemilu tahun 1990, tetapi dilarang berkuasa. Aung San Suu Kyi hari Rabu memastikan ia akan mengikuti pemilu parlemen mendatang.
Amerika dan negara-negara Barat lainnya memberlakukan sanksi atas mantan pemerintah militer Burma karena pelanggaran HAM, termasuk operasi-operasi militer terhadap kelompok-kelompok etnis dan memenjarakan hingga 2.000 tahanan politik. Hillary Clinton berulangkali mendesak pembebasan para tahanan politik itu.