Semakin banyak migran yang dijadwalkan untuk dideportasi dari Amerika Serikat tiba di pusat penahanan di Teluk Guantanamo, Kuba, tepat ketika Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengunjungi pangkalan angkatan laut tersebut untuk mendapatkan informasi terbaru tentang upaya deportasi massal.
Sebuah pesawat kargo AS yang membawa sembilan migran dari Fort Bliss di Texas mendarat di Teluk Guantanamo pada Selasa (25/2) tengah hari, kata seorang pejabat pertahanan AS kepada VOA.
Pejabat kedua mengatakan kesembilan penumpang itu dianggap sebagai “warga asing yang tidak berdokumen yang sangat mengancam,” dan mereka dibawa ke pusat penahanan di sana.
Pejabat ketiga mengatakan bahwa penerbangan tambahan yang membawa lebih banyak migran dijadwalkan terbang pada Rabu (26/2). Semua pejabat itu berbicara kepada VOA dengan syarat tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk membahas operasi deportasi tersebut.
Para tahanan baru itu bergabung dengan 17 tahanan lainnya yang dikirim dari Fort Bliss ke Teluk Guantanamo pada hari Minggu (23/2).
Baik Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), yang menjadi ujung tombak upaya deportasi AS, maupun Badan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) sejauh ini belum menanggapi pertanyaan mengenai identitas para tahanan, negara asal mereka, maupun kejahatan yang dituduhkan kepada mereka.
Penerbangan pada hari Selasa yang membawa para tahanan dari daratan AS ke pangkalan angkatan laut di Kuba merupakan yang kedua sejak ICE pada Kamis (20/2) lalu mendeportasi 177 tahanan yang telah dibawa ke Teluk Guantanamo pada awal bulan ini.
Dari 177 orang tersebut, para pejabat mengatakan bahwa lebih dari 120 orang merupakan penjahat berbahaya, termasuk anggota Tren de Aragua, sebuah geng jalanan Venezuela yang ditetapkan oleh AS sebagai organisasi teroris asing.
Sekitar 50 orang lainnya telah ditahan di fasilitas migran di pangkalan tersebut, yang dirancang untuk menampung orang-orang yang tidak melakukan kekerasan.
Hegseth pada hari Selasa membagikan foto-foto kunjungannya ke pangkalan tersebut di akun media sosial X-nya, memuji pasukan AS yang bertugas di wilayah itu atas dukungan mereka terhadap upaya deportasi AS.
“Para prajurit ini secara langsung mendukung penangkapan dan deportasi warga asing yang tidak memiliki dokumen dan berbahaya,” tulisnya dalam satu unggahan. “Kami sangat berterima kasih kepada mereka atau keluarga mereka.”
Komandan dari Komando Selatan AS, yang mengawasi operasi di pangkalan angkatan laut di Teluk Guantanamo, mengatakan kepada anggota Kongres awal bulan ini bahwa fasilitas migran di pangkalan tersebut memiliki kapasitas untuk menampung sekitar 2.500 tahanan yang tidak melakukan kekerasan. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk memungkinkan pangkalan tersebut menampung sebanyak 30.000 migran tanpa kekerasan yang dijadwalkan untuk dideportasi.
Upaya deportasi AS telah memicu kecaman dari kelompok-kelompok hak-hak imigrasi.
Awal bulan ini, American Civil Liberties Union dan beberapa organisasi lainnya mengajukan gugatan terhadap DHS, menuduh para tahanan yang ditahan di fasilitas penjara Teluk Guantanamo sebelum dideportasi pada hari Kamis tidak diberi akses yang layak untuk mendapatkan pengacara.
DHS menepis tuduhan gugatan tersebut. [my/uh]
Forum