Tautan-tautan Akses

Membangun Kembali Lingkungan Lewat Koneksivitas dengan Muslim


Diaspora muslim Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, melaksanakan salat Ied di Balai Rakyat Gaithersburg, Maryland, 4 Juni 2019.
Diaspora muslim Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, melaksanakan salat Ied di Balai Rakyat Gaithersburg, Maryland, 4 Juni 2019.

Bagaimana membangun sebuah kawasan yang kumuh dan kerap diwarnai kejahatan menjadi kawasan permukiman yang aman dan layak huni? Seorang muslim di Chicago, lewat organisasinya, menjawab: bangun hubungan antara penduduk setempat dengan komunitas muslim.

Bagian Selatan Chicago atau biasa disebut south Side of Chicago beberapa tahun lalu dikenal sebagai kawasan yang kumuh yang kerap diwarnai kejahatan. Namun kini, kesan tersebut tidak lagi ditemukan.

Bagaimana perubahan ini bisa terjadi? Jawabnya ternyata karena kerja keras seorang pria muslim dan organisasi yang didirikannya. Rahim Nashashibi, berhasil mengubah kawasan itu lewat usahanya memperbaiki kondisi kesehatan dan kesejahteraan penduduknya melalui organisasinya Inner-City Muslim Action Network (IMAN).

Nashashibi adalah putra seorang diplomat. Ia pertama kali datang ke Amerika Serikat untuk mengenyam bangku kuliah. Belakangan ia mendapatkan gelar doktor di bidang Sosiologi dari University of Chicago.

Tergugah oleh keadaan di kawasan itu, pada tahun 1997 ia mendirikan IMAN. Tujuan utamanya adalah membangun jembatan persahabatan antara imigran muslim dan warga Amerika keturuan Afrika di kawasan itu. Organisasi nirlaba yang dipimpinnya itu berusaha memfokuskan kegiatan pada usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kesehatan warga South Side.

Intinya, ia memfokuskan usahanya pada berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi kota itu.

“Kekerasan, kemiskinan, kurangnya peluang kerja yang berarti. Banyak anak muda yang tidak punya rencana hidup yang jelas. Berbagai permasalah ini diperparah oleh krisis penyitaan rumah," kata Nashibi.

IMAN kini semakin berkembang. Anggaran tahunannya bahkan mencapai 4 juta dolar yang berasal dari hibah dan sumbangan pribadi. Nashashibi menegaskan, aktivitas sosial organisasinya berakar dari keyakinan agamanya.

“Kami melandaskan kerja kami pada nilai-nilai dan tradisi spiritual yang dijunjung komunitas muslim, sementara pada saat bersamaan, kami mengakui bahwa banyak dari hal itu bersifat universal," kata Nashibi.

Salah satu fokus utama organisasi itu adalah memberdayakan toko-toko kecil yang bersahabat, yang berusaha menjembatani para imigran asal Arab yang menjadi pemiliknya dengan warga Amerika keturunan Afrika yang menjadi pelanggannya. Intinya toko-toko ini menjadi tempat pertemuan orang-orang yang memilki kebutuhan yang sama: makanan yang segar dan sehat.

“Toko ini tidak seperti halnya toko-toko lain di Chicago, yang sering disebut lokasi kematian, lokasi yang tidak menarik untuk dikunjungi. Kami secara radikal mengubahnya," tegas Nashibi.

Sami Defalla, pemilik Morgan Mini Mart di Englewood adalah salah satu di antara 60 pemilik toko yang didukung IMAN.

Imigran asal Palesetina ini mengaku, ia bisa menjual sayur dan buah dalam harga yang jauh lebih murah karena mendapat subsidi yang diupayakan IMAN.

Karena harga yang relatif rendah ini pula, ia mampu membangun hubungan dengan para pelanggannya.

“Orang-orang membicarakan. Hei, dengar, orang itu orang baik tahu? Anda tidak ingin ke sana untuk berbuat jahat terhadapnya," kata Defalla.

Tidak hanya makanan sehat yang diperjuangkan IMAN di kawasan itu, tapi juga kesehatan masyarakatnya. Tidak jauh dari Morgan Mini Mart, ditemukan pula klinik kesehatan gratis.

Muna Odeh, seorang imigran asal Palestina, bekerja di klinik itu sebagai asisten dokter. Di sana ia sering merawat pasien kulit hitam yang miskin dan tidak mempunyai asuransi kesehatan

Odeh mengatakan, banyak persoalan yang dihadapi masyarakat kulit hitam sama dengan yang dihadapi banyak imigran. Ini termasuk akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Layanan gratis yang ditawarkan IMAN mendekatkan dirinya ke komunitas kulit hitam. Masyarakat kulit hitam, katanya, kini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai imigran muslim

“Apa yang mereka tahu selama ini adalah apa yang mereka lihat di televisi. Padahal itu bukan gambaran sebenarnya. Ini khususnya penting bagi saya, sebagai perempuan muslim yang menutup dirinya dengan hijab. Kini mereka tahu bahwa saya dan mereka menghadapi persoalan yang sama. Kesulitan kita sama," kata Odeh.

Persoalan lain yang coba diatasi IMAN adalah peluang kerja. Organisasi itu, contohnya, menyediakan beasiswa bagi bekas narapidana yang memiliki tekad kuat untuk mengubah hidupnya.

Kahled Partee adalah salah contohnya. Ia pernah dipenjara selama 14 tahun karena bergabung dengan sebuah geng dan pernah menjadi pengedar narkoba. Lewat beasiswa yang diupayakan IMAN, kini ia memiliki gelar sarjana di bidang teknik. Selain memiliki bisnis instalasi dan perbaikan sistem pemanas dan sistem pendingin ruangan, ia kini juga mengajar teknologi konstruksi untuk orang-orang yang baru dilepas dari penjara.

Setelah 22 tahun berdiri, IMAN kini ingin memperluas operasinya. Baru-baru ini, organisasi tersebut membuka cabangnya di Atlanta, dan berharap kelak di berbagai penjuru Amerika. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG