Presiden Rusia Dmitry Medvedev membela tata politik yang berlaku sekarang di negara itu, dengan mengatakan setiap usaha untuk memberlakukan demokrasi parlementer akan menjadi “malapetaka” bagi Rusia.
Dalam pidatonya di hadapan para tokok politik di kota Yaroslavl hari Jumat, Medvedev mengatakan bahwa setiap agenda reformasi politik di Rusia harus dilakukan secara bertahap. Ia membantah bahwa pada masa kepresidenannya, Rusia telah menjauhi kepemimpinan demokratis.
Presiden Medvedev memperkirakan bahwa kalau tata politik di Moskow diubah, Rusia akan menghadapi masalah seperti yang terjadi di Kyrgyztan. Negara Asia Tengah itu, yang dilanda kerusuhan etnis sebelumnya tahun ini, telah mengurangi kekuasaan presiden untuk memperkuat parlemen.
Para pendukung Medvedev memandangnya sebagai pemimpin yang dapat memodernisasi Rusia dan menerapkan reformasi besar politik. Tetapi, para pengritik pemerintah mengatakan pemerintahan Medvedev telah gagal memberantas korupsi dan melonggarkan kekuasaan pemerintah pusat yang kuat itu. Presiden Medvedev juga dikecam karena telah berkali-kali menindas kegiatan politik kelompok oposisi.