Dikepung polisi Israel, Israa Abed memegang pisau di satu tangan dan ponsel di tangan lainnya sebelum terdengar suara tembakan dan perempuan itu lalu terjatuh.
Itu bukan adegan film, tetapi insiden nyata yang terekam oleh ponsel canggih orang-orang yang kebetulan lewat dan telah ditonton ribuan kali sejak diunggah ke Internet Jumat lalu (9/10).
Empat orang Israel dan 25 Palestina dilaporkan telah tewas dua minggu ini dalam gelombang kekerasan terbaru di kawasan itu, sebagian dipicu sengketa kepemilikan sebuah lokasi suci di Yerusalem.
Media sosial kini ikut berperan dalam konflik di sana. Video berisi panggilan untuk menyerang orang Israel kini populer di jejaring sosial Palestina, seringkali dibumbui animasi, lagu menarik dan hashtag Twitter "Jerusalem Intifada" (Intifada Yerusalem) atau "Intifada of the Knives" (Intifada (dengan) Pisau). Video tentang aksi kekerasan juga dengan segera terunggah dan tersebar.
Situasi ini pada akhirnya bisa semakin mengobarkan kebencian.
"Kita berada di era yang berbeda, di mana sangat banyak orang terhasut oleh publikasi di ponsel mereka dan lalu memutuskan untuk menikam orang lain atau melakukan serangan bunuh diri dengan balon gas," kata Menteri Keamanan Israel Gilad Erdan.
Dalam insiden Abed tadi, polisi Israel mengatakan ia dirawat di rumah sakit setelah ditembak kakinya empat kali karena berusaha menusuk seorang penjaga keamanan dan menolak untuk melepaskan senjatanya. Banyak warga Israel berpendapat tindakan polisi yang terekam dalam video itu sudah pantas dan layak.
Sejumlah warga Palestina mengedarkan kabar Abed sudah meninggal, bukan dirawat di rumah sakit.
Menurut laporan situs berita Al Wattan Voice, perempuan berusia 30 tahun itu menelpon ayahnya sebelum tertembak dan mengatakan "Ayah, aku tidak ingin meninggal" sehingga Abed mungkin sebenarnya sudah menyerah sebelum ditembak polisi. Laporan berita itu sudah disebar 3.500 kali lewat Facebook.
Satu video populer lain telah digunakan kelompok hak minoritas Adalah sebagai alasan untuk melakukan penyelidikan oleh Kementerian Kehakiman. Video itu menampikan polisi menembak mati seorang warga Palestina, tersangka pelaku penikaman tanggal 4 Oktober lalu di Yerusalem.
Kelompok Adalah berargumen warga Palestina itu tidak membahayakan siapapun dan polisi tampaknya terprovokasi oleh pejalan kaki yang tampak sedang mengejar laki-laki itu.
Kehebohan serupa muncul setelah seorang perempuan Palestina dituduh Israel berusaha meledakkan bom mobil ketika diminta minggir oleh polisi Israel di Tepi Barat hari Minggu.
Pengintaian Dunia Maya
Lama bergantung pada aparatnya yang canggih menguping dan mata-matanya di kalangan warga Palestina, Israel kini kesulitan merespons aksi kekerasan terbaru yang sebagian besar dilakukan secara perorangan.
Para aktivis Palestina dan kelompok militan Hamas mengeluh Facebook dan YouTube menutup laman mereka akibat permintaan pemerintah Israel.
Sumber-sumber keamanan Israel mengatakan juga sedang berusaha memperluas cakupan pencarian kata kunci dan berbagai teknologi pengintaian lain. Ini, kata mereka, penting untuk bisa menemukan rencana serangan bunuh diri oleh warga Palestina yang terpasang di media sosial sebelum terlambat.
Upaya pengintaian ini, secara tidak sengaja, justru dibantu oleh orang Palestina sendiri yang sering mengambil foto "selfie" ketika melakukan demonstrasi atau melempar batu dan memasang gambarnya online. [th/dw]