Beijing mengatakan bahwa kecelakaan hari Senin (28/10) merupakan misi bunuh diri yang direncanakan oleh ektremis agama dari negara bagian Xinjiang, China barat laut, dimana kelompok etnis Uighur yang sebagian besar Muslim itu telah sejak lama mengeluh dianiaya pemerintah.
Hari Rabu (30/10), polisi mengatakan mereka yakin Usmen Hasan menabrakkan kendaraan yang ditumpangi ibunya dan istrinya ke sekelompok orang di lapangan itu, sebelum membakar mobil itu. Tiga orang itu tewas di tempat kejadian, demikian pula dua orang wisatawan. Puluhan orang luka-luka.
Polisi mengatakan mereka menemukan bensin, pisau, batangan baja dan bendera ektremis keagamaan dalam mobil yang terbakar itu. Mereka juga menangkap lima orang dari Xinjiang, yang dikatakan merencanakan serangan-serangan dengan Hasan.
Surat kabar "Global Times" yang dikuasai Partai Komunis mengatakan hari Kamis bahwa semua orang yang terlibat dalam insiden itu adalah orang Uighur. Surat kabar itu mengatakan kelompok minoritas itu akan menjadi “korban terbesar” serangan itu, dan mengatakan bahwa Xinjiang akan dikenakan pembatasan keamanan yang lebih ketat.
Surat kabar "China Daily" mengatakan para penyerang akan dicatat dalam sejarah sebagai pembunuh, bukan pahlawan. Dikatakan, insiden itu bertujuan merusak kestabilan dan menciptakan negara terpisah Turkestan Timur.
Hari Rabu (30/10), polisi mengatakan mereka yakin Usmen Hasan menabrakkan kendaraan yang ditumpangi ibunya dan istrinya ke sekelompok orang di lapangan itu, sebelum membakar mobil itu. Tiga orang itu tewas di tempat kejadian, demikian pula dua orang wisatawan. Puluhan orang luka-luka.
Polisi mengatakan mereka menemukan bensin, pisau, batangan baja dan bendera ektremis keagamaan dalam mobil yang terbakar itu. Mereka juga menangkap lima orang dari Xinjiang, yang dikatakan merencanakan serangan-serangan dengan Hasan.
Surat kabar "Global Times" yang dikuasai Partai Komunis mengatakan hari Kamis bahwa semua orang yang terlibat dalam insiden itu adalah orang Uighur. Surat kabar itu mengatakan kelompok minoritas itu akan menjadi “korban terbesar” serangan itu, dan mengatakan bahwa Xinjiang akan dikenakan pembatasan keamanan yang lebih ketat.
Surat kabar "China Daily" mengatakan para penyerang akan dicatat dalam sejarah sebagai pembunuh, bukan pahlawan. Dikatakan, insiden itu bertujuan merusak kestabilan dan menciptakan negara terpisah Turkestan Timur.