Maroko telah menangkap 152 orang, yang sekarang akan diadili atas tuduhan menggunakan media sosial untuk menghasut upaya migrasi ilegal massal ke daerah kantong Spanyol yang berdekatan, Ceuta, kata juru bicara pemerintah.
Dalam beberapa hari terakhir, ribuan pria muda Maroko berbondong-bondong ke kota utara Fnideq, yang berbatasan dengan Ceuta, untuk mencoba menyeberang. Upaya mereka digagalkan oleh pengerahan keamanan terberat yang pernah dilakukan di kota itu, menurut aktivis hak asasi manusia di sana.
"Semua upaya telah digagalkan," kata juru bicara Mustapha Baitas dalam konferensi pers pada Kamis (19/9) malam.
"Sekitar 3.000 orang mencoba migrasi ilegal," katanya, dalam komentar resmi pertama beberapa hari setelah upaya penyeberangan itu.
Dua daerah kantong Spanyol di pantai Mediterania Maroko, Ceuta dan Melilla, berbagi satu-satunya perbatasan darat antara Uni Eropa dan Afrika. Mereka secara sporadis mengalami gelombang upaya penyeberangan oleh para migran yang mencoba mencapai Eropa.
Maroko dan Spanyol telah memperkuat kerja sama mereka dalam menangani migrasi ilegal sejak Madrid mendukung rencana otonomi Maroko untuk Sahara Barat yang disengketakan pada 2022.
Video yang dibagikan oleh media lokal menunjukkan orang-orang muda melemparkan batu ke pasukan keamanan saat mereka dicegah mendekati perbatasan Ceuta.
"Tidak ada kematian yang dilaporkan," kata Baitas, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang bertindak sesuai dengan hukum.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri, Maroko telah menghentikan 45.015 orang dari migrasi ilegal ke Eropa, dalam delapan bulan pertama tahun ini.
Bulan lalu, ratusan migran memanfaatkan kabut tebal untuk berenang ke Ceuta, kata polisi Spanyol.
Pengawasan yang lebih ketat terhadap perbatasan utara Maroko telah mendorong semakin banyak migran untuk mencoba rute Atlantik yang lebih berisiko dan lebih panjang ke Kepulauan Canary. [es/ft]