Tautan-tautan Akses

Marak Kecelakaan, Nigeria Larang Ojek Beroperasi


Warga antre naik bus di distrik Obalende di Lagos, Nigeria, tempat ojek dilarang beroperasi di pusat-pusat kota. (Reuters/Akintunde Akinleye)
Warga antre naik bus di distrik Obalende di Lagos, Nigeria, tempat ojek dilarang beroperasi di pusat-pusat kota. (Reuters/Akintunde Akinleye)

Setelah dilarang beroperasi, kasus kecelakaan menurun namun puluhan ribu supir ojek menjadi pengangguran.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pusat kota di Afrika telah melarang ojek beroperasi, dengan alasan membahayakan pengemudi dan penumpang. Namun beberapa supir ojek di Lagos mengatakan bahaya mengendarai sepeda motor jauh lebih kecil dibandingkan dengan bahaya kelaparan karena tidak memiliki pekerjaan.

Di banyak tempat di dunia, pria muda, terkadang perempuan juga, hanya perlu mengeluarkan sedikit uang untuk membeli sepeda motor dan bekerja sebagai supir ojek.

Di Lagos, pusat keuangan dan kota terbesar Nigeria, ojek-ojek ini telah dilarang berada di pusat-pusat kota dan hanya beroperasi di pinggiran kota. Para supir ojek mengatakan bahwa sejak larangan itu diberlakukan tahun lalu, sebagian besar dari mereka telah berhenti atau meninggalkan kota.

Ken John, supir ojek atau yang disebut "okada", mengatakan ia masih beroperasi di pinggir kota namun penghasilannya menurun setengahnya menjadi sekitar Rp 100 ribu per hari.

"Terkadang saya tidak punya uang untuk bayar biaya sekolah, kadang-kadang sewa rumah. Itu dampaknya untuk keluarga saya," ujarnya.

Para analis mengatakan jalanan di Lagos sekarang lebih aman namun diperkirakan puluhan ribu pengemudi masih jadi pengangguran.

Analis strategi media Gbenga Olorunpomi menunjukkan pada VOA dokumen yang didapatnya dari Kementerian Perhubungan, yang memperlihatkan penurunan 70 persen angka kecelakaan sepeda motor tahun ini. Ia mengatakan larangan itu juga telah meningkatkan keamanan.

"Pada perampokan di rumah atau daerah, biasanya pelakunya mengendarai okada, dan itu menjadi isu," ujar Olorunpomi.

Negara-negara lainnya di Afrika menghadapi persoalan serupa dan menerapkan solusi-solusi yang berbeda.

Kigali, Rwanda tidak pernah secara keras memberlakukan larangan ojek di pusat-pusat kota karena kemarahan penumpang dan supir. Meski masih ada sejumlah kecelakaan sepeda motor di Kigali, pemerintah menekan masalah tersebut dengan memberlakukan aturan lalu lintas dan pembuatan surat izin mengemudi serta penggunaan helm yang ketat.

Supir ojek Nigeria Christian Isaac mengatakan Lagos jauh lebih tidak beraturan dan kacau dibandingkan Kigali, sehingga akan lebih sulit memberlakukan aturan di sana. Bahkan di pinggir kota pun jalanan berbahaya dan ia ingin berhenti jika bisa.

Namun Isaac mengatakan tidak dapat menemukan pekerjaan lain. Dulu ia bekerja sebagai mekanik di bengkel mobil, namun bengkel itu kemudian tutup. Larangan atas ojek seperti merupakan hukuman atas aksi ugal-ugalan di jalanan, namun menurutnya, kecelakaan terjadi karena jalan yang buruk, bukan karena pengemudi.

"Kami mengemudi secara normal saja, tidak ugal-ugalan," ujarnya.

Para penumpang sekarang mengatakan mereka lebih banyak berjalan kaki karena ojek dilarang, namun mereka menghargai perhatian pemerintah atas keselamatan.
XS
SM
MD
LG