BANGKOK —
Sejak disingkirkan dari jabatannya sebagai perdana menteri Thailand pada kudeta militer 2006, Thaksin Shinawatra telah sangat sibuk. Miliarder itu membeli dan menjual klub sepakbola Manchester City di Eropa, mengakuisisi tambang titanium di Zimbabwe, memulai lotere di Uganda dan mendapatkan paspor Nikaragua. Ia bertemu dengan Vladimir Putin dan Nelson Mandela.
Namun di atas itu semua, para tokoh oposisi mengatakan, ia telah sibuk mengelola Thailand dari kejauhan, memberi tekanan untuk dapat kembali berkuasa lewat skema-skema yang telah memperluas riak-riak politik yang berbahaya dan mengarah pada pertumpahan darah di jalanan.
Upaya terakhirnya untuk menghapuskan tuduhan korupsi 2008 dan kembali ke tanah air sebagai pria bebas merupakan kalkulasi yang salah, memicu demonstrasi-demonstrasi masif di Bangkok melawan adik perempuannya, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Sepertinya mustahil ia dapat kembali, namun para analis mengatakan kekayaannya, sekutu-sekutunya yang berkuasa dan pengikut setia di daerah pedesaan berarti ia dapat terus menanamkan pengaruh yang besar.
Dan Thaksin, 64, barangkali akan terus menjadi tokoh yang paling memecah belah dalam sejarah Thailand modern, dianggap sombong dan korup oleh para elit perkotaan dan kelas menengah, yang menantang struktur kekuasaan tradisional, termasuk kerajaan. Di pihak lain ia dipuja sebagai orang suci oleh kelompok miskin karena memberikan mereka bantuan dan rasa pemberdayaan.
“Ia membeli semuanya di negara lain. Ia bahkan membeli jiwa Anda,” ujar pengusaha Chinda Dhamawong saat ia ikut berbaris dalam protes bersama ribuan demonstran lain yang berseru, “Thaksin keluar!”
Sementara itu, di bagian timur laut yang miskin, warga desa Kambon memujinya karena membawa banyak manfaat: aliran listrik, kredit murah, biaya medis gratis, harga yang bagus untuk hasil padi.
“Ini semua karena Thaksin. Itu sebabnya warga desa ingin ia kembali, mengapa saya ingin ia kembali,” ujar Thongchan Potaklang, 61.
“Isu di Thailand akan selalu tentang Thaksin, tapi semakin ke sini lebih dari sekedar Thaksin,” ujar Thitinan Pongsudhirak, ahli ilmu politik dari Chulalongkorn University di Bangkok.
Seorang anggota legislatif dari partai oposisi, Suthep Thaugsuban, mundur dari parlemen untuk memimpin protes-protes yang masif. Ia ingin mengganti Yingluck dengan “dewan rakyat” yang akan menghapuskan pengaruh Thaksin.
Thaksin sendiri, yang sekarang berbasis di rumah mewahnya di Dubai, lebih banyak diam selama krisis berlangsung. Dalam halaman Facebooknya, ia menyangkal klaim-klaim berulang bahwa ia tidak loyal pada keluarga kerajaan.
“Politik-politik di Thailand dimainkan dengan kekejaman dan darah dingin. Tolong jangan kejam terhadap saya,” tulisnya. (AP)
Namun di atas itu semua, para tokoh oposisi mengatakan, ia telah sibuk mengelola Thailand dari kejauhan, memberi tekanan untuk dapat kembali berkuasa lewat skema-skema yang telah memperluas riak-riak politik yang berbahaya dan mengarah pada pertumpahan darah di jalanan.
Upaya terakhirnya untuk menghapuskan tuduhan korupsi 2008 dan kembali ke tanah air sebagai pria bebas merupakan kalkulasi yang salah, memicu demonstrasi-demonstrasi masif di Bangkok melawan adik perempuannya, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Sepertinya mustahil ia dapat kembali, namun para analis mengatakan kekayaannya, sekutu-sekutunya yang berkuasa dan pengikut setia di daerah pedesaan berarti ia dapat terus menanamkan pengaruh yang besar.
Dan Thaksin, 64, barangkali akan terus menjadi tokoh yang paling memecah belah dalam sejarah Thailand modern, dianggap sombong dan korup oleh para elit perkotaan dan kelas menengah, yang menantang struktur kekuasaan tradisional, termasuk kerajaan. Di pihak lain ia dipuja sebagai orang suci oleh kelompok miskin karena memberikan mereka bantuan dan rasa pemberdayaan.
“Ia membeli semuanya di negara lain. Ia bahkan membeli jiwa Anda,” ujar pengusaha Chinda Dhamawong saat ia ikut berbaris dalam protes bersama ribuan demonstran lain yang berseru, “Thaksin keluar!”
Sementara itu, di bagian timur laut yang miskin, warga desa Kambon memujinya karena membawa banyak manfaat: aliran listrik, kredit murah, biaya medis gratis, harga yang bagus untuk hasil padi.
“Ini semua karena Thaksin. Itu sebabnya warga desa ingin ia kembali, mengapa saya ingin ia kembali,” ujar Thongchan Potaklang, 61.
“Isu di Thailand akan selalu tentang Thaksin, tapi semakin ke sini lebih dari sekedar Thaksin,” ujar Thitinan Pongsudhirak, ahli ilmu politik dari Chulalongkorn University di Bangkok.
Seorang anggota legislatif dari partai oposisi, Suthep Thaugsuban, mundur dari parlemen untuk memimpin protes-protes yang masif. Ia ingin mengganti Yingluck dengan “dewan rakyat” yang akan menghapuskan pengaruh Thaksin.
Thaksin sendiri, yang sekarang berbasis di rumah mewahnya di Dubai, lebih banyak diam selama krisis berlangsung. Dalam halaman Facebooknya, ia menyangkal klaim-klaim berulang bahwa ia tidak loyal pada keluarga kerajaan.
“Politik-politik di Thailand dimainkan dengan kekejaman dan darah dingin. Tolong jangan kejam terhadap saya,” tulisnya. (AP)