Tautan-tautan Akses

Mantan Kanselir Jerman: Invasi Rusia ke Ukraina 'Salah Besar'


Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman pada saat itu Angela Merkel berpose bersama dalam sebuah pertemuan di Moskow, Rusia, pada 20 Agustus 2021. (Foto: Sputnik/Kremlin via Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman pada saat itu Angela Merkel berpose bersama dalam sebuah pertemuan di Moskow, Rusia, pada 20 Agustus 2021. (Foto: Sputnik/Kremlin via Reuters)

Angela Merkel, pada Selasa (7/6), membela pendekatan yang ia terapkan terhadap Ukraina dan Rusia selama 16 tahun ketika ia menjabat sebagai kanselir Jerman. Merkel mengatakan bahwa kesepakatan damai 2015, yang banyak menuai kritik, untuk Ukraina timur memberi Kyiv waktu yang berharga dan dia tidak akan meminta maaf atas upaya diplomatiknya.

Dalam komentar substansial pertamanya sejak meninggalkan jabatannya enam bulan lalu, Merkel mengatakan "tidak ada alasan" bagi Rusia untuk melancarkan serangan yang "brutal" terhadap Ukraina dan itu adalah "kesalahan besar di pihak Rusia."

Merkel, yang berurusan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin semasa menjabat kanselir, menolak anggapan bahwa dia dan yang lainnya bersikap mengalah sehingga pada akhirnya memungkinkan invasi itu terjadi.

“Dan diplomasi tidak salah jika tidak berhasil,” katanya dalam wawancara di panggung di teater Berlin yang disiarkan langsung di televisi. "Saya tidak melihat bahwa saya harus mengatakan sekarang bahwa itu salah, jadi saya tidak akan meminta maaf."

Merkel membela perjanjian damai 2015 yang dia dan Presiden Prancis kala itu Francois Hollande tengahi di Minsk, Belarusia. Perjanjian itu dibuat untuk meredakan pertempuran di Ukraina timur antara pasukan pemerintah dan kelompok separatis yang didukung Rusia.

Merkel mengakui bahwa perjanjian tersebut tidak memenuhi semua kepentingan Ukraina dan tidak banyak orang yang kini mendukung perjanjian itu. Sebagian orang mengatakan perjanjian itu dinegosiasikan dengan buruk.

Dia mengatakan bahwa sanksi terhadap Rusia atas pencaplokan Krimea pada 2014 bisa lebih kuat, tetapi menambahkan bahwa ketika itu tidak ada dukungan mayoritas untuk dapat menjatuhkan sanksi yang lebih berat.

Dia juga mencatat bahwa pemerintahnya memiliki beberapa pencapaian. Ia menambahkan bahwa Rusia dikeluarkan dari Kelompok Delapan dan NATO menetapkan target bagi negara-negara untuk berusaha membelanjakan 2 persen dari produk domestik bruto mereka untuk pertahanan. [ka/ps]

XS
SM
MD
LG