Menteri Luar Negeri Malaysia Dato' Saifuddin Abdullah pada Senin (4/10) memperingatkan Myanmar bahwa negara tersebut tidak akan dilibatkan dalam pertemuan para pemimpin Asia Tenggara pada bulan ini jika tidak mau bekerja sama dengan utusan kelompok negara-negara ASEAN yang ditunjuk khusus untuk memecahkan krisis yang semakin dalam di negara yang kini diperintah oleh pihak militer itu.
Kesepuluh anggota ASEAN, termasuk Myanmar di dalamnya, memilih Menteri Luar Negeri Brunei, Erywan Yusof, pada Agustus lalu sebagai utusan khusus mengenai masalah Myanmar menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh militer serta penggulingan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi pada Februari lalu.
Yusof dilaporkan masih berunding dengan militer Myanmar seputar syarat-syarat keikutsertaan Myanmar pada pertemuan negara-negara Asean pada bulan ini.
Abdullah mengutarakan kekecewaannya dalam pertemuan dengan rekan sejawatnya dari negara ASEAN lainnya tentang susahnya membangun kerja sama antara penguasa Myanmar dengan Yusof.
“Kecuali ada kemajuan, akan sulit untuk menerima “pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing pada KTT ASEAN bulan ini," demikian tulis Abdullah dalam akun media sosial Twitter miliknya.
Yusof bulan lalu mengatakan, dia masih mengusahakan akses penuh ke semua pihak termasuk dengan Suu Kyi dan pejabat lain yang ditahan sejak pengambil-alihan kekuasaan pada 1 Februari.
Dalam sebuah laporan yang dirilis pada minggu lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meperingatkan bahwa peluang untuk mencegah militer memperkuat kekuasaannya semakin sempit.
Dia menyambut baik penunjukan Yusof tetapi melihat kemajuan lambat yang dicapai ASEAN. Ia lalu menyerukan tindakan dari kelompok regional dan internasional untuk bersatu guna mencegah krisis di Myanmar menjadi konflik berskala besar dan menyebabkan beragam bencana di wilayah Asia Tenggara dan dunia. (jm/em)