Tautan-tautan Akses

Malawi Mampu Berantas Infeksi HIV, ujar Dokter AS Penemu Virus AIDS


ARSIP – Orang tua, wali, teman, dan kerabat menyanyikan lagu-lagu tradisional dan mengusung poster pencegahan HIV/AIDS dalam upacara perayaan anak lelaki yang beranjak menjadi pria dewasa di desa Njoloma, Malawi, 27 Agustus 2006 (foto: REUTERS/Eldson Chagara (Malawi)
ARSIP – Orang tua, wali, teman, dan kerabat menyanyikan lagu-lagu tradisional dan mengusung poster pencegahan HIV/AIDS dalam upacara perayaan anak lelaki yang beranjak menjadi pria dewasa di desa Njoloma, Malawi, 27 Agustus 2006 (foto: REUTERS/Eldson Chagara (Malawi)

Malawi dengan tingkat infeksi virus HIV/AIDS mematikan tertinggi di dunia, sedang menuju ke arah pemberantasan virus, ujar Jay Levy salah satu penemu virus AIDS 35 tahun yang lalu.

Sebagian besar kasus-kasus AIDS global terjadi di negara-negara miskin, dimana akses kepada pengujian, pencegahan, dan pengobatan sangat terbatas.

Lebih dari sejuta orang di Malawi terjangkit virus penyebab defisiensi kekebalan tubuh pada manusia yang menyebabkan AIDS, ujar lembaga PBB, UNAIDS.

Namun demikian, menurut angka-angka resmi, tingkat prevalensi nasional HIV/AIDS di Malawi mengalami penurunan menjadi 8,8 persen di tahun 2016 dari 30 persen di tahun 1985 saat kasus HIV/AIDS pertama dilaporkan di Malawi.

Levy mengutip upaya pemerintah Malawi dalam meningkatkan akses ke pengobatan, intervensi penularan dari ibu ke anak, dan kesadaran untuk pencegahan dan pengobatan sebagai beberapa langkah yang membantu penanggulangan penyakit.

“Malawi bukan negara kaya, namun telah melakukan upaya yang luar biasa dalam menekan tingkat infeksi HIV dan kematian yang disebabkan oleh AIDS,” ujar Levy, peneliti dari University of California, dan pakar virus terkenal serta penyakit infeksi kepada Reuters dalam sebuah kunjungan ke Malawi.

“Malawi bisa jadi satu dari berbagai negara di Afrika yang mampu untuk memenuhi target pemberantasan infeksi penyakit itu,” imbuhnya.

Levy memberikan kuliah di Fakultas Kedokteran di Blantyre, pusat penelitian HIV/AIDS penting di Malawi, dan meninjau pusat-pusat pengujian HIV di pinggiran kota.

Malawi adalah salah satu negara termiskin di dunia, dan ekonomi negara itu bergantung pada sejumlah besar dana bantuan dari International Monetary Fund, Bank Dunia, dan masing-masing negara-negara donor.

Pada tahun 2016, Malawi mulai mengadakaj uji pemanfaatan drone untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tes HIV pada bayi-bayi yang tinggal di kawasan pedesaan, dimana jaringan jalan yang buruk dan biaya transportasi yang tinggi acap kali menyebabkan penundaan pengujian yang dapat mencegah akses kepada fasilitas pengobatan.

Diagnosis dini untuk HIV penting karena memungkinkan dimulainya pengobatan dengan obat AIDS lebih cepat, yang meningkatkan peluang untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.

Malawi sekarang memiliki tingkat prevalensi HIV yang jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangganya, ujar UNAIDS. Afrika Selatan memiliki tingkat epidemi HIV terbesar di dunia, dengan 7,1 juta orang yang hidup dengan HIV.

Tingkat prevalensi HIV termasuk tinggi di antara populasi umum dengan 18,9 persen.

Swaziland, sebuah negara di Afrika bagian selatan yang tidak memiliki pantai, memiliki tingkat prevalensi HIV tertinggi di dunia dengan 27,2 persen dari populasi orang dewasa yang hidup dengan HIV.

“Belum ada pihak-pihak yang dapat dianggap berhasil di Afrika. Namun Senegal menjadi negara pertama yang memfokuskan upayanya untuk menanggulangi epidemi dan mengurangi tingkat infeksi hingga ke tingkat yang lebih rendah,” ujarnya. “Afrika Selatan saat ini tengah mengejar dengan upaya penanggulangan ini.”

Levy menyerukan kepada pemerintah negara-negara Afrika untuk terus melobi untuk mendapatkan pendanaan untuk mengarahkan upayanya dalam memberantas HIV/AIDS.

“Namun jangan dilupakan apabila kita dapat mencegah infeksi, kita tidak butuh lebih banyak lagi obat untuk menanggulangi AIDS,” ujarnya. [ww]

XS
SM
MD
LG