Dalam empat tahun mendatang, enam negara di Afrika di kawasan di mana penyakit malaria paling sering berjangkit, dapat bebas dari penyakit itu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan yang diterbitkan untuk memperingati Hari Malaria Dunia, Senin lalu.
“Strategi Teknis Global untuk Malaria 2016 -2030,” yang disetujui oleh WHO tahun lalu, diharapkan berhasil menghentikan penularan malaria di sedikitnya 10 negara sebelum tahun 2020, tetapi kini WHO memperkirakan bahwa 21 negara dapat mencapai sasaran itu, termasuk enam negara di Afrika.
“Untuk Hari Malaria, temanya adalah memberantas malaria untuk selamanya. Jadi itu terkait dengan sebagian “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” dan dalam hal itu kita bermaksud mengurangi timbulnya kasus dan angka kematian akibat malaria sampai sekitar 90 persen selambatnya tahun 2030,” kata pejabat WHO, Richard Sidoskous.
Richard Sidoskous menambahkan, sejak tahun 2000, angka kematian akibat malaria telah menurun 60 persen di seluruh dunia. Di kawasan Afrika, angka kematian akibat malaria turun 66 persen di antara semua kelompok usia dan anjlok 77 persen di antara anak-anak usia di bawah lima tahun.
“Ke-enam negara di Afrika yang dapat bebas dari malaria sebelum tahun 2020 adalah Aljazair, Botswana, Cape Verde, Comoros, Afrika Selatan dan Swaziland,” lanjutnya.
WHO mengatakan angka infeksi malaria turun karena penggunaan kelambu yang diobati dengan insektisida, semprotan serangga secara teratur di dalam rumah dan pemeriksaan yang cepat untuk mengetahui diagnosis yang diperlukan, walaupun lambat laun teknik-teknik demikian semakin kurang ampuh.
“Keampuhan sarana dalam keberhasilan pemberantasan malaria pada tahun-tahun awal abad ini sekarang terancam,” ujar pejabat WHO itu. Dikatakan, kekebalan nyamuk terhadap insektisida yang digunakan pada kelambu dan sisa semprotan di dalam rumah kini meningkat. Demikian juga kekebalan parasit terhadap satu komponen salah satu obat anti-malaria yang paling keras.
Walaupun prospeknya menjanjikan, WHO memperingatkan bahwa hampir setengah populasi dunia atau sekitar 3,2 miliar orang, masih berisiko tertular malaria. Tahun lalu, 214 juta kasus baru malaria dilaporkan muncul di 95 negara. Lebih dari 400.000 orang meninggal akibat penyakit itu.
Laporan itu mengatakan sembilan dari sepuluh kematian akibat malaria pada tahun 2015 terjadi di sub-Sahara Afrika.
Ke depan, WHO mengatakan, teknologi baru perlu dikembangkan untuk menangani penyakit ini dan perjuangan akan membutuhkan komitmen politik yang kuat dan pembiayaan dari pemerintah-pemerintah di dunia.
WHO mengatakan, untuk mencapai tujuan “Strategi Teknis Global” akan diperlukan peningkatan tajam pendanaan global dan domestik, yakni dari $2,5 miliar sekarang, menjadi sekitar $8,7 miliar setiap tahun selambatnya tahun 2030. [lt/as]