Aroma kue yang baru dimasak tercium dari toko kue Lucy’s di Norfolk, Virginia. Bentuknya mirip biskuit yang dijual di toko-toko eceran. Tetapi, Lucy Gibney, dokter ruang gawat darurat dan pendiri toko kue itu, mengatakan bahwa biskuit yang dibuat di tokonya sangat berbeda dari kue-kue kering biasa.
“Sangat khusus karena saya tidak menggunakan bahan-bahan yang biasa. Kue-kue kering umumnya dibuat dari tepung terigu, mentega, dan telur. Namun, resep kami tidak menggunakan satu pun bahan-bahan itu,” paparnya.
Tidak satu pun biskuit buatan Lucy’s mengandung gluten, sejenis protein yang terdapat dalam biji gandum, jawawut, dan gandum hitam yang bisa menimbulkan alergi pada sebagian orang.
Gibney menambahkan, “Saya membuat kue-kue kering ini dengan resep-resep di rumah untuk putra saya yang alergi makanan dan tidak bisa makan gluten, susu, atau telur, kacang dan biji-bijian.”
Resep makanan lezat bagi putranya dalam empat tahun berkembang menjadi bisnis yang menghasilkan lima juta dollar tahun ini. Dalam pameran makanan yang diadakan di Washington baru-baru ini, Fancy Food Show, gerai Lucy’s menyedot begitu banyak pengunjung. Marilyn Klemm, pemilik toko eceran di New Hampshire adalah calon pembeli. Ia mengatakan, “Saya suka dengan apa yang saya lihat di situsnya. Saya datang dan mencoba kue-kue keringnya, karena para langganan saya lebih banyak yang menanyakan tentang kue-kue yang bebas gluten.
Tidak jauh dari sana. Ted Vogelman dari toko kue Sticky Fingers yang sudah berdiri 25 tahun di Washington yang juga menawarkan kue scones bebas gluten menuturkan, “Kami baru saja mulai memproduksi makanan bebas gluten untuk pameran ini, terutama karena permintaan para pelanggan agar kami membuat makanan seperti itu.”
Sticky Fingers dan Lucy adalah sebagian dari 300 toko kue yang menyajikan produk-produk bebas gluten dalam pameran ini, menurut petugas pameran Louise Krammer.
“Produk bebas gluten meningkat. Kami melihat peningkatan ini beberapa tahun lalu ketika ada 20 hingga 40 toko kue yang membuat produk-produk bebas gluten. Sekarang kita melihat banyak produk-produk yang lebih baik muncul, tidak juga banyak, tetapi lebih berkualitas,” ujar Krammer.
Dr. Alessio Fasano, Direktur Pusat Penelitian Celiac di Universitas Maryland, tidak terkejut melihat tren baru makanan bebas gluten. Ia mengatakan alergi gluten yang memiliki gejala beragam mulai dari sakit kepala hingga kemandulan pertama kali ditemukan pada orang-orang Eropa. Tetapi, kini tampak banyak terjadi di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Selama banyak konsumen seperti Vinnie Pamula berusaha menghindari gluten dan ingin menikmati makanan ringan dan makanan lezat, maka lebih banyak produk-produk bebas gluten tidak sekedar dijual di toko-toko khusus, tetapi juga di toko-toko eceran biasa.
“Sangat khusus karena saya tidak menggunakan bahan-bahan yang biasa. Kue-kue kering umumnya dibuat dari tepung terigu, mentega, dan telur. Namun, resep kami tidak menggunakan satu pun bahan-bahan itu,” paparnya.
Tidak satu pun biskuit buatan Lucy’s mengandung gluten, sejenis protein yang terdapat dalam biji gandum, jawawut, dan gandum hitam yang bisa menimbulkan alergi pada sebagian orang.
Gibney menambahkan, “Saya membuat kue-kue kering ini dengan resep-resep di rumah untuk putra saya yang alergi makanan dan tidak bisa makan gluten, susu, atau telur, kacang dan biji-bijian.”
Resep makanan lezat bagi putranya dalam empat tahun berkembang menjadi bisnis yang menghasilkan lima juta dollar tahun ini. Dalam pameran makanan yang diadakan di Washington baru-baru ini, Fancy Food Show, gerai Lucy’s menyedot begitu banyak pengunjung. Marilyn Klemm, pemilik toko eceran di New Hampshire adalah calon pembeli. Ia mengatakan, “Saya suka dengan apa yang saya lihat di situsnya. Saya datang dan mencoba kue-kue keringnya, karena para langganan saya lebih banyak yang menanyakan tentang kue-kue yang bebas gluten.
Tidak jauh dari sana. Ted Vogelman dari toko kue Sticky Fingers yang sudah berdiri 25 tahun di Washington yang juga menawarkan kue scones bebas gluten menuturkan, “Kami baru saja mulai memproduksi makanan bebas gluten untuk pameran ini, terutama karena permintaan para pelanggan agar kami membuat makanan seperti itu.”
Sticky Fingers dan Lucy adalah sebagian dari 300 toko kue yang menyajikan produk-produk bebas gluten dalam pameran ini, menurut petugas pameran Louise Krammer.
“Produk bebas gluten meningkat. Kami melihat peningkatan ini beberapa tahun lalu ketika ada 20 hingga 40 toko kue yang membuat produk-produk bebas gluten. Sekarang kita melihat banyak produk-produk yang lebih baik muncul, tidak juga banyak, tetapi lebih berkualitas,” ujar Krammer.
Dr. Alessio Fasano, Direktur Pusat Penelitian Celiac di Universitas Maryland, tidak terkejut melihat tren baru makanan bebas gluten. Ia mengatakan alergi gluten yang memiliki gejala beragam mulai dari sakit kepala hingga kemandulan pertama kali ditemukan pada orang-orang Eropa. Tetapi, kini tampak banyak terjadi di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Selama banyak konsumen seperti Vinnie Pamula berusaha menghindari gluten dan ingin menikmati makanan ringan dan makanan lezat, maka lebih banyak produk-produk bebas gluten tidak sekedar dijual di toko-toko khusus, tetapi juga di toko-toko eceran biasa.