Majelis Umum PBB akan mengadakan sidang darurat yang jarang hari Kamis (20/12) untuk mempertimbangkan resolusi yang menolak pengakuan Yerusalem oleh Amerika sebagai ibukota Israel.
Utusan Palestina di PBB Riyad Mansour meminta sidang itu dan mengatakan ia berharap akan ada dukungan yang sangat besar bagi resolusi itu.
Mesir membawa rancangan resolusi mengenai keputusan Amerika itu ke hadapan Dewan Keamanan PBB hari Senin , tetapi Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menghambatnya sementara ke-14 anggota lain dewan itu mendukungnya.
Pemungutan suara Majelis Umum akan mencerminkan naskah yang sama, tetapi tidak sekuat resolusi Dewan Keamanan. Resolusi Majelis Umum tidak mengikat, tetapi masih dapat mengakibatkan kosekuensi politik.
Dutabesar Amerika di PBB Nikki Haley memperingatkan sebelum pemungutan suara itu bahwa dia akan memperhatikan bagaimana negara-negara lain memberi suara dan melaporkannya kepada Presiden Donald Trump.
“Amerika akan mencatat nama-nama,” katanya.
Trump mengatakan pekan lalu keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan pemindahan kelak kedutaan Amerika ke sana dari TelAviv adalah pengakuan realitas. Ia mengatakan bukan hanya Yerusalem ibukota bersejarah bangsa Yahudi, Yerusalem adalah juga ibukota politik Israel modern. [gp]