Pemimpin sementara Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Kamis (27/2), parlemen akan memilih perdana menteri baru menyusul pecahnya aliansi yang berkuasa. Ia juga menyatakan, jika pemungutan suara di parlemen mengalami kebuntuan, pemilu dini akan diselenggarakan.
Mahathir, yang menemui Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah sebelumnya, Kamis (27/2), mengatakan, Raja Malaysia itu tidak menemukan calon dengan mayoritas nyata untuk memimpin negara, setelah berkonsultasi dengan seluruh 222 anggota parlemen selama dua hari terakhir. Sebagai akibatnya, raja tersebut memutuskan untuk membiarkan perlemen melakukan pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru, Senin mendatang.
“Jika majelis rendah tidak berhasil memilih seseorang dengan suara mayoritas, kita akan melangsungkan pemilu dini,” kata Mahathir pada sebuah konferensi pers.
Usaha yang gagal para pendukung Mahathir untuk membentuk pemerintah baru tanpa melibatkan penggantinya yang direncanakan, Anwar Ibrahim, serta pengunduran diri Mahathir Senin lalu, menyebabkan aliansi yang berkuasa sejak kurang dari dua tahun lalu mengalami perpecahan. Padahal aliansi itu, sebelumnya, berhasil mendongkel koalisi yang telah memimpin negara itu selama 61 tahun pada pemilu terakhir.
Baik Mahathir dan Anwar sama-sama mengincar posisi perdana menteri. Dalam kesepakatan rekonsiliasi untuk membentuk aliansi dalam menghadapi koalisi yang berkuasa, Mahathir berjanji akan menyerahkan posisi perdana menteri ke Anwar. Namun rupanya, Mahathir terus mengulur-ulur waktu dan menolak menetapkan tanggal penyerahan kekuasaan. Sebelum mengundurkan diri, ia bahkan mengupayakan pembentukan pemerintah baru tanpa melibatkan Anwar. [ab/uh]