Sebagian mahasiswa internasional mengatakan bahwa mereka dibuat takut oleh upaya pemerintah Amerika untuk memaksa mereka menghadiri kuliah secara langsung pada musim gugur ini selama pandemi Covid-19 atau berisiko kehilangan status visa mereka. Rencana itu sendiri sudah dibatalkan.
“Itu benar-benar menakutkan,” kata Yumiko Kishaba dari Jepang, yang menempuh studi administrasi bisnis di City University of New York. “Ini sangat membingungkan, membuat kami seperti, saya tidak tahu, rasanya tidak nyaman berada di sini di Amerika.”
Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security/DHS) dan Badan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (U.S. Immigration and Customs Enforcement/ICE) pada menit-menit terakhir mencabut keputusan tertanggal 6 Juli sebelum seorang hakim federal memutuskan gugatan pada 14 Juli yang diajukan oleh Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts (MIT) untuk membatalkan perintah itu.
Dua ratus perguruan tinggi dan universitas lain mengajukan dokumen hukum yang mendukung gugatan tersebut.
Raksasa teknologi Facebook, Apple dan Twitter memberikan dukungan masing-masing untuk gugatan itu, dan mengatakan perintah itu akan membatasi kemampuan mereka untuk merekrut karyawan. Sementara itu, 15 legislator Republik menulis surat kepada Penjabat Direktur ICE Matthew Albence dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali perintah tersebut.
Pengacara David Carpenter mewakili sekelompok mahasiswa yang mengajukan klaim serupa untuk gugatan universitas terhadap DHS dan ICE. Carpenter mengatakan dia gembira dengan pembatalan itu oleh ICE, tetapi gugatan para mahasiswa akan tetap dipertahankan jika pemerintah mengeluarkan keputusan lain seperti instruksi 6 Juli tersebut. [lt/ft]