William Burnham adalah seorang senior atau mahasiswa tingkat akhir jurusan Biologi dan Geografi di UNC-Chapel Hill North Carolina. Pria yang akrab disapa Will ini punya cita-cita: "Saya ingin (melakukan) penelitian (tentang) perubahan iklim," ujar mahasiswa 21 tahun ini dalam Bahasa Indonesia. "Saya tertarik dengan perubahan iklim terutama di negara kepulauan seperti Indonesia, Filipina -- Asia Tenggara."
Itulah yang memotivasinya untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Setiap dua minggu sekali, ia mendatangi Meja Bahasa Indonesia di sebuah teras di kampus UNC.
Selama sejam, ia dan segelintir peserta lain belajar kosakata, praktik bicara, dan membahas budaya Indonesia di kampus yang kebanyakan mahasiswanya orang AS berkulit putih ini.
"Saya pikir ini cara yang sangat bagus untuk mempelajari sesuatu yang tidak banyak diketahui di kampus," kata mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan ini selama tujuh bulan.
Seorang peserta tetap lainnya adalah Baiquni, mahasiswa S3 dari Indonesia. Sebagai penutur asli, ia ikut membantu peserta asing memperlancar percakapan. Laki-laki asal Aceh ini juga ikut berbagi pengalaman dan sudut pandang sebagai orang Indonesia.
"Mereka senang karena mostly orang AS ngga tahu Indonesia gimana," katanya ketika ditemui VOA di kampus UNC. "Tapi bagi orang yang penasaran dengan Indonesia, mereka surprise tahu bahwa Indonesia has a lot to offer," ujar mahasiswa jurusan sejarah ini.
Tak sampai 10 orang menghadiri pertemuan rutin ini, kata pengagasnya, Kevin Fogg. "Minat rendah, tapi kita tetap bersyukur bahwa ada mahasiswa AS yang tertarik dengan Bahasa Indonesia," ujarnya ketika ditemui VOA di Gedung Fedex Global Education Center.
Meski minim peminat, Fogg berusaha membuat sesi ini menarik. "Kadang-kadang kita bawa Astor, Beng-beng, atau kerupuk, atau apa yang bisa kita ceritakan, 'oh ini dimakan di Indonesia,'" katanya dalam Bahasa Indonesia.
Fogg adalah Associate Director Carolina Asia Center, institut di UNC yang bertujuan mendorong pertukaran budaya antara AS dan Asia, termasuk lewat bahasa.
"UNC sudah mengajarkan bahasa Jepang, Korea, Hindi, Urdu, Vietnam. Belum ada cukup mahasiswa untuk buka kelas Indonesia," ujar akademisi yang pernah melakukan penelitian beberapa tahun di Indonesia ini.
Ia berharap kegiatan ini bisa meningkatkan minat terhadap Bahasa Indonesia, supaya bisa masuk ke dalam kurikulum seperti di beberapa kampus di AS, termasuk Universitas Yale dan Universitas Ohio.
Sekarang ini, Meja Bahasa Indonesia sedang libur di tengah musim panas dan akan dilanjutkan kembali pada musim gugur.
Sementara Will, yang baru saja meraih beasiswa Critical Language dari Departemen Luar Negeri, akan menghabiskan musim panas di Malang, Jawa Timur bulan ini untuk terus memperlancar Bahasa Indonesia. [vm/em]