Tautan-tautan Akses

Mahasiswa Akhiri Protes Usai Harvard Setuju Bahas Konflik Timur Tengah


Mahasiswa Harvard yang memrotes perang di Gaza, mendirikan tenda-tenda di Harvard Yard di kampus Universitas Harvard.
Mahasiswa Harvard yang memrotes perang di Gaza, mendirikan tenda-tenda di Harvard Yard di kampus Universitas Harvard.

Para pengunjuk rasa yang menentang perang antara Israel dan Hamas secara sukarela membongkar tenda mereka di Harvard Yard pada hari Selasa (14/5). Langkah itu dilakukan setelah para pejabat universitas setuju untuk mendiskusikan pertanyaan pengunjuk rasa tentang investasi dana abadi milik universitas, sehingga mengakhiri demonstrasi secara damai, tidak seperti di kampus-kampus lain yang dibubarkan oleh polisi.

Kelompok mahasiswa pemrotes yang menamakan diri sebagai Harvard Out of Occupied Palestine mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perkemahan tersebut “bertahan lebih lama dari yang diperlukan terkait dengan tuntutan kami.” Presiden sementara Universitas Harvard Alan Garber setuju untuk mengadakan pertemuan antara pengunjuk rasa dan para pejabat universitas untuk membahas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa.

Mahasiswa di banyak kampus pada musim semi ini mendirikan perkemahan serupa, menyerukan universitas mereka untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan bisnis yang mendukungnya.

Perang Israel-Hamas yang berlangsung saat ini berawal ketika Hamas dan militan lainnya menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang lainnya. Militan Palestina itu masih menahan sekitar 100 sandera, dan militer Israel telah menewaskan lebih dari 35.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.

Universitas Harvard mengatakan presidennya dan dekan Fakultas Seni dan Sains, Hopi Hoekstra, akan bertemu dengan para pengunjuk rasa untuk membahas konflik di Timur Tengah.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka membuat kesepakatan untuk bertemu dengan pejabat universitas termasuk Harvard Management Company, yang mengawasi dana abadi akademis terbesar di dunia, yang bernilai sekitar $50 miliar.

Pernyataan para pengunjuk rasa mengatakan para mahasiswa akan menetapkan agenda termasuk diskusi mengenai pengungkapan, divestasi, dan reinvestasi, serta pembentukan Pusat Studi Palestina. Para mahasiswa juga mengatakan bahwa Harvard telah menawarkan untuk mencabut sanksi skors terhadap lebih dari 20 mahasiswa dan pekerja mahasiswa dan membatalkan sanksi disipliner yang dihadapi oleh 60 mahasiswa lainnya.

“Sejak didirikan tiga minggu lalu, perkemahan itu telah memperluas dan memperdalam pengorganisasian solidaritas Palestina di kampus,” kata juru bicara para pengunjuk rasa. “Gerakan ini telah mendorong pengungkapan dan divestasi di Harvard.” [lt/em]

Mahasiswa Indonesia Tanggapi Kecewa Pembatalan Wisuda Utama di Columbia University New York
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:42 0:00

Forum

XS
SM
MD
LG