Presiden Prancis Emmanuel Macron mengejutkan sekutu-sekutunya karena mengatakan Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada AS dan menghindari terseret ke konfrontasi antara China dan AS terkait Taiwan. Ini merupakan sikap yang menurut para pakar diperhitungkan untuk membujuk China agar menengahi krisis yang sedang terjadi di Ukraina.
Pada konferensi pers dalam lawatan kenegaraannya di Belanda pada hari Rabu, Macron menekankan bahwa sikap Prancis mengenai Taiwan tidak berubah, dan Paris mendukung status quo bagi pulau itu.
“Sikap Prancis dan negara-negara Eropa sama mengenai Taiwan. Kami mendukung status quo. Kebijakan ini konstan, tidak berubah,” kata Macron.
“Ini adalah kebijakan Satu China dan resolusi Pasifik mengenai situasi. Itulah yang saya katakan dalam pertemuan empat mata dengan Xi Jinping, itu yang saya katakan di mana-mana, kami tidak berubah,” lanjutnya.
Kebijakan Satu China AS berbeda dengan prinsip Satu China, yang merupakan pandangan China mengenai kedaulatannya atas China daratan, Hong Kong, Makau dan Taiwan. Berdasarkan kebijakan Satu China AS, Washington mengakui, tetapi tidak mendukung pandangan Beijing mengenai kedaulatannya atas Taiwan. AS menganggap status Taiwan belum pasti.
Pada wawancara 9 April dengan Politico dan Les Echos, surat kabar finansial Prancis, Macron mengatakan Eropa harus menghindari risiko “terperangkap dalam krisis yang bukan krisis kita.”
“Paradoksnya adalah, dicekam kepanikan, kita percaya bahwa kita hanyalah pengikut Amerika,” lanjutnya. “Pertanyaan yang perlu dijawab Eropa … apakah ini kepentingan kita untuk mempercepat krisis mengenai Taiwan? Tidak. Hal yang lebih buruk adalah mengira bahwa kita Eropa harus menjadi pengikut dalam topik ini dan menunggu petunjuk dari agenda AS dan reaksi berlebihan China,” kata Macron dalam wawancaranya.
Macron mengeluarkan pernyataannya setelah menghabiskan waktu sekitar enam jam dengan Presiden China Xi Jinping sewaktu ia mengunjungi China pada 5 hingga 7 April lalu. Pernyataannya menuai kritik dari beberapa politisi dan cendekiawan di Eropa.
Mantan Presiden AS Donald Trump, yang sekarang ini mengincar nominasi Partai Republik untuk masa jabatan kedua, mengatakan kepada Fox News, “Macron, yang merupakan teman saya, sudah selesai bermanis-manis dengan Xi di China, oke. Saya bilang, jadi Prancis sekarang mendekati China?” kata Trump.
Hubungan Trump dengan Macron berubah menjadi “bermusuhan” sewaktu Trump meninggalkan jabatannya, menurut France 24.
Para analis mengatakan kepada VOA bahwa Macron mungkin mengorbankan sikap Prancis mengenai Taiwan dengan imbalan China menjadi penengah dalam perang antara Rusia dan Ukraina. [uh/ab]
Forum